Setiap daerah punya mimpi, namun tidak semua punya peta untuk mencapainya.
Banten punya. Namanya RPJMD 2025--2029, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.
Dokumen ini bukan sekadar tumpukan kertas hasil musyawarah teknokrat, tapi cermin tentang siapa kita hari ini dan ke mana kita ingin pergi esok.
Sayangnya, dalam keseharian, peta ini sering tak tersentuh. Ia diam di rak arsip, sementara kebijakan berjalan di lorong masing-masing.
Padahal, RPJMD itu bukan dokumen di lemari.
"RPJMD adalah janji kita pada diri sendiri."
Janji bahwa kita ingin membangun Banten yang maju, adil merata, dan tidak korupsi.
Janji bahwa pertumbuhan ekonomi tidak boleh hanya dinikmati di utara.
Janji bahwa setiap anak di selatan berhak atas pendidikan yang sama baiknya dengan anak di kota.
Dan janji bahwa pembangunan tidak boleh menebus masa depan lingkungan.
Isu-isu Besar yang Menjadi Titik Berangkat
RPJMD Banten 2025--2029 dibangun di atas lima isu strategis utama.
Setiap isu bukan sekadar masalah, tapi alasan kenapa kita harus bergerak sekarang:
- Tata Kelola & Integritas Publik --- karena tanpa kejujuran, semua rencana hanya akan jadi sandiwara.
- Ekonomi & Daya Saing --- sebab pertumbuhan yang hanya terjadi di utara akan memperlebar jurang di selatan.
- Kualitas SDM --- karena Banten tak akan maju kalau manusianya tak tumbuh bersama.
- Pemerataan Wilayah & Infrastruktur Dasar --- sebab keadilan bukan hanya soal niat, tapi soal akses jalan, air bersih, dan peluang.
- Lingkungan & Ketangguhan Iklim --- karena bumi yang rusak tak bisa lagi menampung cita-cita.
Kelima isu ini adalah akar dari seluruh kebijakan. Ia seperti luka-luka lama yang butuh dijahit dengan kebijakan baru, agar pertumbuhan tidak melahirkan kesenjangan baru.
Dari Isu ke Aksi: Program Unggulan yang Menjadi Janji Nyata
Dari lima isu strategis itu, lahirlah sebelas program unggulan.
Setiap program adalah potongan janji, yang jika dijalankan bersama, bisa menjahit masa depan Banten yang lebih kuat.
Ada Banten Satu Data, Satu Layanan, Satu Kinerja, yang ingin memastikan seluruh informasi pembangunan tidak lagi terpecah di banyak meja.
Ada Banten Naik Kelas, untuk mengangkat UMKM agar tak lagi hidup di pinggir jalan pertumbuhan.
Ada Banten Cerdas dan Banten Sehat, karena kemajuan tidak hanya diukur dari gedung tinggi, tapi dari pikiran dan tubuh warganya.
Ada Banten Terkoneksi, agar jarak antara utara dan selatan bukan lagi pemisah kesejahteraan.
Dan ada Zero Waste Movement, yang mengingatkan kita bahwa bumi ini bukan warisan, melainkan titipan.
Setiap program membawa misi lintas sektor. Tidak ada OPD yang boleh berjalan sendiri.
Tapi kenyataannya, terlalu sering yang terjadi adalah sebaliknya: masing-masing lembaga sibuk menunaikan kegiatan, bukan mengejar dampak.