Mohon tunggu...
iin nuraeni
iin nuraeni Mohon Tunggu... Guru - seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Memeluk Kenangan

5 Juni 2022   21:07 Diperbarui: 9 Juni 2022   21:45 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi merindukan seseorang. (Sumber gambar: Pixabay)

Kegelisahan ini membuatku semakin resah, kehadiranmu yang Aku rindukan, suara mesramu yang Aku tunggu, ponsel dalam genggaman tak lepas Aku pandang menunggu kabar darimu.

***

Sesampainya di rumah, Aku langsung menuju kamar tanpa menemui Bunda terlebih dahulu, Aku begitu sedih, dan rasanya Aku ingin menjerit dan menangis untuk mencurahkan kesedihan ini, sampai akhirnya Aku tertidur dalam balutan kerinduan yang mendalam.

"Anisa, kamu baik-baik saja kan?" terdengar suara Bunda dari depan pintu kamar.

"Anisa baik-baik saja Bun!, hanya terlalu capek saja" jawabku, Aku tak ingin Bunda mengetahui semuanya.

"Alhamdulillah, segera mandi terus salat maghrib, Bunda tunggu ya di musala" perintah Bunda.

"Baik Bun" aku segera beranjak turun dan mandi, aku tak mau Bunda menunggu lama, karena waktu salat mahgrib yang pendek.

Bunda selalu mengajari Aku sejak kecil untuk salat berjamaah, dengan siapapun yang ada di rumah, karena salat berjamaah begitu banyak sekali manfaatnya, diantaranya menambah kerukunan antar anggota keluarga.

Seusai salat, Kami akan mengobrol banyak, atau bahkan Bunda selalu mengajakku bergurau, kata Bunda kapan lagi bisa bergurau denganku, nanti kalau Aku sudah berkeluarga Bunda akan kesulitan bergurau, karena Aku akan sibuk dengan keluarga kecilku, heemm.

"Anisa, cerita dong sama Bunda, ada apa? Bunda lihat kamu lagi sedih ya?" tegur Bunda dengan suara lembut.

"Tidak ada apa-apa Bun" jawabku menutup kesedihanku, Aku tak mau Bunda ikut sedih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun