Mohon tunggu...
Iin Indriyani
Iin Indriyani Mohon Tunggu... Novelis - Penikmat Keheningan

Penulis dan Buruh Migran Taiwan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Sederhana

18 Maret 2020   19:15 Diperbarui: 9 April 2020   13:01 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dadaku terasa sesak.

"Ada sesuatu yang tidak kamu ketahui, Kang. Aku berbeda dengan perempuan di luaran sana. Aku tidak sehat. Ada tumor yang bersarang di rahimku. Aku sakit, Kang. Tumor itu tidak hanya satu, tapi ada dua di kanan dan kiri rahim."

"Ya Allah, Neng, apakah dengan sakitmu ini, justru aku akan tega meninggalkanmu? Tidak, Neng. Justru di saat susahmu rasa sayangku semakin besar. Rasa cintaku menuntunku untuk selalu ada untukmu. Ketulusan tidak akan bisa diukur dari sehat tidaknya seseorang. Jika kamu berpikir aku akan pergi, aku katakan sesungguhnya kamu belum mengerti arti cinta yang sebenarnya."

Dia tak bergeming. Ah, apakah perempuan memang seegois itu? Apakah ketika rasa percaya diri mereka pudar, jalan yang mereka pilih adalah menyendiri? Kalau dia berpikir, aku akan pergi, berarti dia belum mengenal siapa aku. Sungguh, aku bukanlah pengecut yang bisa lari dari rasa sakit orang yang aku sayangi. 

Dalam keputus-asaannya, aku terus menyemangati dia untuk tegar. Berbagai cara aku lakukan agar penyakitnya bisa sembuh. Dari mulai kucarikan daun sirsak yang aku dapatkan dari halaman Masjid Taichung. Menyemangatinya untuk terus berobat dari dokter ke dokter. Hingga akhirnya sebuah ucapan pahit kembali aku dengar dari bibir mungilnya. Dia bilang, kemungkinan dia tidak akan bisa punya anak. Dia menolak operasi demi menghindari pengangkatan rahim. Sedangkan pengobatan herbal dengan daun sirsak sedikit membuahkan hasil. Tumor yang satu hilang, akan tetapi satu lagi semakin membesar. Aku tidak bisa membayangkan apa yang ia rasakan. Gadis manis, Si Gigi Kelinci yang diterpa banyak sekali cobaan. Ya Allah, apakah dia kembali memintaku untuk pergi?

"Cari saja perempuan lain, Kang. Neng ikhlas. Menikahlah dengan orang lain." Lagi-lagi, dia mengucapkan sesuatu yang tidak ingin aku dengar.

"Selama kamu masih sendiri, sampai kapanpun akan seperti ini. Kecuali..?"

"Kecuali apa, Kang?"

"Kecuali kalau kamu sudah menikah dengan orang lain. Baru Aku akan pergi."

"Ya Allah, Kang.."

"Ini prinsip, Neng. Aku bukan laki-laki yang mudah jatuh cinta. Dan sekali aku jatuh cinta, sampai kapanpun akan aku perjuangkan. Aku tidak peduli seperti apa kamu, sehat sakitkah jasmanimu, yang paling penting dan harus kamu tahu, aku sangat menyayangimu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun