Mohon tunggu...
Iin Indriyani
Iin Indriyani Mohon Tunggu... Novelis - Penikmat Keheningan

Penulis dan Buruh Migran Taiwan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Sederhana

18 Maret 2020   19:15 Diperbarui: 9 April 2020   13:01 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alasanku? Karena hatiku sudah terlanjur direbut oleh gadis sederhana yang mengetuk pintu hatiku dengan  pesan-pesan sederhananya. Gadis yang membuat hatiku yakin untuk selalu menunggunya. Menunggu pertemuan kami yang masih jadi tanda tanya. Menunggu izin Allah untukku melihat langsung seperti apa dirinya. Hingga harapan-harapan yang kupanjatkan dalam kebisuan itu menjadi nyata. Ya, dalam suatu acara, akhirnya kami dipertemukan.

14 September 2018

Taipei Main Station, sejak shubuh aku meninggalkan Taichung untuk segera ke Taipei. Ibu kota negara Taiwan yang selalu aktif. Siapa yang tidak tahu gedung 101? icon kebanggaan negara ini. Aku pergi dengan terburu-buru. Hari itu ada Tabligh Akbar yang didatangi oleh Alwi Assegaff, pelantun sholawat cilik yang berwajah imut dan tampan. Panggung pengajian itu tepat di depan pintu masuk stasiun sebelah selatan Gate A. Di samping panggung berjejer bazar yang menjual perlengkapan pakaian muslim dan muslimah. Di salah satu toko bazar itulah untuk pertama kalinya aku melihat dia. Gadis sederhana yang berhasil membuka pintu hatiku. Gadis manis berwajah baby face dengan gigi kelinci yang sangat lucu. Gadis itu, yang dulu bertanya lokasi Masjid Taichung kini ada di depanku. Masya Allah, dia..?

Dia memakai gamis warna hitam. Sangat anggun. Wajahnya putih bersih. Senyum dengan gigi kelincinya? Ah, aku malu untuk menjabarkan apa yang aku rasakan. Dia begitu manis. Sangat manis. Pertemuan pertama kami tidak banyak bicara. Bertatap muka tak begitu lama. Pertemuan yang sederhana. Sinkronisasi diantara kami terjadi serba sederhana. Tak mengapa. Bagiku ini istimewa. Bukankah Allah tidak menyukai yang berlebih-lebihan?

Pertemuan kedua kami terjadi dua bulan berikutnya. Di tempat yang sama. Kali ini acara Harlah Komunitas Pantura yang menghadirkan Lesty D'Academy. Siapa yang tidak tahu dia? Kali ini gadis lucu dengan gigi kelinci itu menjadi bagian dari panitia tabligh akbar. Dia memakai seragam khusus panitia. Pertemuan kali ini tak lebih lama dari yang pertama. Kami hanya bertemu saat breefing pagi, itupun hanya beberapa menit. Karena aku harus tampil sebagai anggota rebana Nurul Qulub-IMIT Taichung. Setelahnya, aku cepat-cepat menuju Taman 228 untuk Kopdar Syekhermania. Lagi-lagi, pertemuan yang sebentar itu menyisakan kerinduan-kerinduan setelahnya. 

Dari saat itu, aku mulai berani mengutarakan isi hatiku. Meyakinkan bahwa aku sungguh-sungguh ingin bersamanya. Bukan untuk pacaran. Tapi sehidup semati dengannya. Bukan hanya perasaanku yang mendorongku seperti ini. Tapi juga karena harapan orangtuaku. Mereka ingin sekali aku memiliki seorang istri yang dekat dengan mereka. Secara kami tinggal di satu kampung yang sama. Dia memiliki banyak kriteria yang aku tunggu selama ini. Apa dalam keadaan seperti ini, aku mampu bercanda? Sedang sehari-hariku, akupun tak banyak tertawa. Aku laki-laki yang tak mudah jatuh cinta.

Ceritaku masih berlanjut sampai pertemuan ketiga. Satu bulan setelahnya. Saat itu ada kumpulan komunitas Syekhermania untuk Tabligh Akbar Taiwan Bersholawat yang akan dihadiri Habib Syekh di Taichung bulan Februari 2019. Dia memesan jaket Syekhermania yang kebetulan saat itu tinggal satu saja. Dia memberikan alamat rumah majikannya kepadaku. Dari Taichung aku bergegas ke Taipei. Dari Taipei Main Station, aku naik taksi ke rumah majikannya. Berkali-kali kutelepon dia tak kunjung menjawab. Aku memberanikan diri mengetuk pintu. Saat pintu terbuka, Si Gadis Manis itu terkejut melihatku. Dia tak habis pikir aku datang sendiri ke rumahnya. Dia kira yang mengetuk pintu adalah tukang pos yang mengantar jaket Syekhermanianya. Iya, mungkin dia benar. Akulah tukang pos itu. Tukang pos yang mulai gila karena mencintainya. 

Ada satu tempat yang menjadi incaran pecinta alam di Taipei, Mount Elephant. Gunung Gajah ini tak jauh dari Gedung 101. Menikmati kegagahan  Gedung 101 yang tinggi menjulang dari atas puncak menjadi daya tarik pendaki dan pengunjung Gunung Gajah. Terutama di malam hari. Kita bisa menelanjangi luasnya Kota Taipei dengan gemerlap lampu yang memanjakan mata. Eksotik luar biasa. Gunung ini, menjadi tempat pertemuan kami yang keempat. Sebelum kesini kami terlebih dulu bertemu di Aula TMS (Taipei Main Station). Dia bersama saudaranya karena aku tidak ingin jika kami hanya pergi berdua. Di tempat inilah, pertama kali aku minta foto bersama untuk kukirimkan kepada Ibuku tercinta. Sepanjang hari itu, Lineku terus berbunyi. Panggilan-panggilan dari banyak organisasi aku hiraukan hanya untuk menghargai keberadaannya. Gadis lucu yang aku cinta. Separah inikah aku hanya demi cinta?

Aku tak sungkan meminta nasehat dari Bunda yang mengelola mushola tentang perasaanku kepadanya. Sebagai orang yang sangat bijak, Bunda menasihatiku untuk lebih menjaga hati dari perempuan lain. Aku yakin aku mampu, tapi apakah dia juga sama? Dia memberitahuku ada laki-laki yang juga suka kepadanya. Laki-laki itupun bekerja di Taiwan. Dia anak orang kaya. Orangtuanya pernah datang ke rumah gadis itu untuk melamar. Tetapi dia berkata kepadaku, dia tidak mencintainya. Dia memilih untuk ta'aruf denganku.

Maret 2019

Musim semi telah datang. Hawa dingin yang menusuk perlahan pergi. Pohon-pohon mulai berseri kembali, seperti bangkit dari kematian. Taman bunga diberbagai kota kembali dibuka. Festival bunga-bunga sakura-pun menjadi lounching datangnya Autumn. Bersamaan dengan berlalunya musim dingin yang menyebalkan, hatikupun mengalami kepatahan. Harapan-harapan yang semakin menggunung buyar dalam satu ucapan. "Maaf, Kang. Sepertinya ta'aruf kita sampai di sini saja. Maaf, maaf sekali."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun