Mohon tunggu...
Iin Indriyani
Iin Indriyani Mohon Tunggu... Novelis - Penikmat Keheningan

Penulis dan Buruh Migran Taiwan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Antara Duka dan Cinta Akan Kearifan Tradisi

7 Desember 2019   10:08 Diperbarui: 7 Desember 2019   10:20 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Wa'alaikumussalaam warahmatullaah wabarakaatuh.." 

Tebalnya mendung mulai membuncahkan kekuatannya. Kilatan halilintar bagai akar-akar raksasa yang siap mengoyak bumi. Hujan pun turun saat kedua kakiku sudah menginjak teras rumah kami.

"Alhamdulillaah.. Ya Allah" 

Aku merasa Gusti Allah memang sangat menyayangiku. Dia tidak mau air hujan mengguyur tubuhku sedikit pun. Tapi bagaimana dengan bapak?

Petir menggelegar. Aku langsung membuka pintu dan masuk ke dalam kamar. Nasihat Ustadz Djamal yang menyuruhku untuk sholat hajat segera aku kerjakan. Kupetik kembali tasbih kecilku setelah selesai shalat hajat enam rakaat.

Lantunan zikir dan shalawat seakan bertarung dengan ganasnya deru ombak dan badai di lautan. Aku terjaga dalam posisi itu hingga pukul 02.00 dini hari. Hatiku belum tenang bahkan aku semakin mengkhawatirkan keadaan Bapak di luar sana.

"Ya Allah,  jangan biarkan sesuatu hal terjadi pada bapakku. Aku tidak memiliki siapa pun lagi selain beliau. Lindungi beliau Ya Allah.."

Aku kembali bersujud dengan linangan airmata. Petir di luar masih menampakkan amarahnya. Hujan pun semakin besar dengan desiran angin yang begitu kuat. Setelah sujud aku bangkit dan duduk di kursi depan. Aku berharap Bapakku pulang secepatnya. Biarlah tak mendapatkan tangkapan ikan sedikit pun. Aku ikhlas bila besok hanya makan nasi dengan garam saja. 

Cukup lama aku duduk di sana dan rasa kantuk-pun mulai meniup kelopak mataku. 

"Assalamu'alaikum, Sul. Buka pintu, ini bapak." 

Aku tersentak dan  bergegas membuka pintu. "Alhamdulillaah, bapak pulang. Samsul sangat khawatir dengan Bapak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun