Mohon tunggu...
Iin Andini
Iin Andini Mohon Tunggu... Guru - Pribadi

Guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Itu

5 Mei 2021   10:05 Diperbarui: 18 November 2021   07:13 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perempuan, Sumber: https://amanat.id/mengembalikan-makna-kata-perempuan/

Kulihat anakku di sampingku menangis. Kudengar pintu diketuk-ketuk. Aku melihat sekeliling kamar. Ternyata kamarku. Ya, ampun aku hanya mimpi! Rasa sesak yang kualami dalam mimpi masih terasa. Aku pun melihat ponselku berbunyi. Ternyata panggilan dari suamiku. Aku langsung berlari keluar kamar menuju ruang tamu membukakan pintu untuk suamiku.

"Kenapa lama banget buka pintunya?" tanya suamiku, "dari tadi saya mengetuk pintu dan memannggil-manggil."

"Maaf, Mas. Saya tidurnya pulas banget. Lagian ini juga sudah subuh, Mas," jawabku terbata-bata. Aku berusaha menenangkan diri.

"Mas, kenapa baru pulang jam segini?" tanyaku dengan hati-hati.

"Oh, iya. Maaf, lupa mengabarimu. Mas ke tempat Roy. Dia ajak Mas bermain game. Kebetulan hari ini, kan, Sabtu. Jadi, ada waktu untuk istirahat," kata suamiku dengan entengnya tanpa memikirkan perasaanku.

Suamiku pun langsung ke kamar mandi untuk mandi. Aku pun mengganti popok anakku. Setelah selesai mandi, suamiku pun masuk ke kamar dan berganti pakaian. Dia lalu menemuiku bersama anakku di ruang tengah dan mencium anakku.

"Mas, aku bikin teh hangat dulu, ya. Tolong jagain Deva!"

 Aku menyiapkan teh dan menghangatkan makanan semalam.  Setelah itu, suamiku menikmati teh hangat dan makanan yang sudah kusiapkan. Aku pun menidurkan anakku kembali dan membawanya ke kamar.

Setelah suamiku makan, kami bersantai sejenak sambil mengobrol. Aku mulai menyiapkan sarapan untuk anakku. Tidak lama kemudian, suamiku masuk ke kamar untuk berisitrahat. Kudengar suara tukang sayur keliling. Aku langsung bergegas keluar. Kulihat ibu-ibu kompleks sudah mengerumuninya. Namun, ada satu perempuan yang baru kali ini aku lihat ikut belanja. Sepertinya aku pernah melihatnya.

"Bu Tony, perkenalkan ini Bu Rahmat, warga baru di kompleks kita," kata Ibu RW.

Dia tersenyum dan menyalamiku sambil memperkenalkan diri. Aku membalasnya dengan ramah walaupun diliputi rasa penasaran. Setelah membayar belanjaanku, aku langsung pulang. Aku terus bertanya-tanya di mana aku melihat Ibu Rahmat. Apalagi dengan senyuman khasnya. Tiba-tiba aku tersadar. Astaga! Perempuan itu yang hadir dalam mimpiku semalam. Imajinasi sedang mempermainkan perasaanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun