Negeri ini menggelar pesta demokrasi untuk pertama kalinya pada 1955 atau 10 tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan. Gejolak politik, aksi militer dan situasi keamanan yang tidak stabil membuat Pemilihan Umum (Pemilu) baru bisa digelar satu dasawarsa kemudian.
Pada Pemilu 1955, tujuannya adalah untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Konstituante yang akan menyusun undang-undang dasar negara. Kala itu, diikuti oleh puluhan partai politik dan organisasi massa, bahkan perseorangan yang mewakili berbagai aliran politik, agama dan kepentingan.
Pemilu perdana itu menggunakan sistem proporsional, yaitu sistem yang membagi jumlah kursi di parlemen sesuai dengan persentase suara yang diperoleh oleh masing-masing peserta pemilu. Tidak ada electoral treshold seperti saat ini, jadi, berapapun suaranya bisa diperhitungkan dan dikonversi menjadi kursi.
Sistemnya menggunakan daftar terbuka, yang memungkinkan pemegang hak suara untuk memilih calon anggota parlemen dari partai atau organisasi yang berbeda.
Pemilu 1955 dilaksanakan dalam dua tahap. Pertama, untuk memilih anggota DPR yang diadakan pada 29 September 1955. Kedua, untuk memilih anggota Konstituante yang diadakan pada 15 Desember 1955. Sementara, jumlah kursi yang diperebutkan adalah 257 kursi untuk DPR dan 514 kursi untuk Konstituante (sebenarnya jumlahnya 520, namun 6 jatah anggota dari Irian Barat tidak dilaksanakan pemilihan)
Konon, Pemilu pertama kali digelar republik ini tersebut adalah yang paling demokratis sepanjang sejarah. Penyelenggaraannya berlangsung aman, lancar, jujur dan adil. Pemilu 1955 bahkan mendapat pujian dari berbagai pihak, termasuk dari negara-negara asing.
Nah, menurut catatan di laman KPU, yang menarik dari Pemilu 1955 adalah tingginya kesadaran berkompetisi secara sehat. Misalnya, meski yang menjadi calon anggota DPR adalah perdana menteri dan menteri yang sedang memerintah, mereka tidak menggunakan fasilitas negara dan otoritasnya kepada pejabat bawahan untuk menggiring pemilih yang menguntungkan partainya.
Oleh karena itu, sosok pejabat negara tidak dianggap sebagai pesaing yang menakutkan dan akan memenangkan Pemilu dengan segala cara. Asik kan...?
Hasil