Mohon tunggu...
Ignatius Tri Endarto
Ignatius Tri Endarto Mohon Tunggu... Penghayat Kehidupan -

Penggemar Linguistik, Filsafat, dan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Burung Maleo

12 Juni 2018   10:12 Diperbarui: 12 Juni 2018   10:25 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nafas-nafas pertamaku bisa jadi nafas-nafas terakhir yang ku hembuskan

Dan hari-hari hidup pertamaku mungkin jadi hari terakhirku bersedu-sedan

Pernah saat itu juga aku iri dengan manusia dan segala kemapanan

Yang saat bayi boleh merengeki susu ibunya tanpa enggan

Yang tangisannya meluluhkan hati setiap tatapan

Beda denganku, yang harus merengek dan menangis dalam timbunan


Yang tak seorang pun dengar, selain mungkin doa ibu dan bapakku dari kejauhan

Ya, aku kadang dendam dengan kehidupan

Namun ibuku dan bapakku, juga alam dan tuhannya, seperti punya tujuan

Mungkin tanah benar, bahwa kaki, paruh, dan sayapku akan lebih kuat dari anak ayam

bahwa perjuangan yang dibungkus ketulusan tak akan berbuah bualan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun