"Pagii" sapaku pada seisi kelas. Lalu akupun bergegas kekursiku menyimpan tas.
"Pagi Ley, pr mtk kmu udah kan?" Luna menghampiriku lalu duduk disampingku
"Udah dong, kamu udah?" Dan ia hanya menjawab dengan gelengan sambil cengegesan. Ohh i know, nih" sebari kukeluarkan buku prku. Tak lama bel pun berbunyi.
Disini aku ingin menceritakan kisah tentang temanku yang berakibat fatal untuk masa depannya, ya semoga kalian semua mendapatkan pelajaran dari kehidupannya.
"Lun nanti ngerjain tugas TIK di rumahmu kan? Aku ga ada laptop nih" kataku saat selesai merapikan buku.
"Ayo, eh Ley aku pengen berhenti dari kebiasaan ku nih. Bantuin dong"
"Kebiasaan apa?" Tanyaku agak bingung, lalu dua jarinya dispan di depan bibir dan di jauh dekatkan seolah memperagakan cara merokok.
"Oohh, bagus dong kamu mau berhenti, udah aku bilang juga kan supaya kamu berhenti dari dulu" dan ia pun hanya menampakan muka polos sambil memamerkan deretan giginya
"Ya kan susah Ley, kalo udah kecanduan mau gimana lagi?"
Akupun berdiri dan menggendong tasku "ayo keburu sore nanti" ia lantas mengangguk dan mengambil tasnya. Lalu kita bergegas pergi kerumahnya.
Saat diperjalanan ke rumahnya, ada orang yang menyapanya. "Eh Ley kamu tau kan, itu Agnes yang pernah aku bilang, yang pernah gituan sama pacarnya" jelasnya saat motornya Agnes sudah menjauh
"Ohh itu, kamu tau dari mana dia pernah 'gituan' ?" Tanyaku yang memang penasaran, sekaligus tak percaya seusia kami yang masih 13 tahunan sudah melakukan hal yang melampaui batas.
"Ya dianya cerita sama aku, dia bilang 'Eh Lun, tadi gua abis gituan sama pacar gua, ihh dia maksa, tapi gua juga suka hehe' dan ga ada rasa bersalah aja dia cerita gitu" Luna cerita sambil berekspresi layaknya dia memang sedang berbicara seperti itu.
"Emang Agnes ga dilarang sama ortunya apa?" Tanyaku yang ya masih bingung kenapa anak jaman sekarang sudah dilepas seperti itu.
"Ortunya sibuk kerja Ley, mana mungkin dia keperhatiin" Luna menjawab sambil mengedikkan bahunya.
"Yaudah ah yuk kita jalan cepet" lalu kami melanjutkan perjalanan.
Ini kala pertama aku datang kerumah Luna, rumah yang sederhana, ditempati ole dia, mamahnya, dan adik kecilnya.
"Adekmu ada dirumah Lun? Dia kelas berapa sekarang?"
"Belum kayaknya Ley, biasanya agak sorean soalnya sekolah siang, dia baru kelas 3 SD, tapi perawakannya hampir nyusul badanku" lalu dia terkikik geli
"Itu si kamu aja yang kecil" ucapku sambil mengikuti langkahnya masuk ke rumahnya.
Ia membukakan pintunya "ayo masuk ga ada siapa siapa kok, mamah kan kerja" ucapnya sambil menarik tanganku ke dalam.
Akupun ikut masuk sambil membuka sepatuku, dan langsung duduk di sofa ruang tamu. Ia membawa laptopnya dan menyalakan laptop itu. "Aku ganti baju dulu yaa Ley" iapun pergi ke kamarnya dan sambil berbincang denganku yang ada diluar tentang tugas.
Aku lihat lihat foto yang terpajang rapi di dinding, tanpa kusadari ia datang dan berkata "itu mamah dulu pas masih muda" lalu kujawab dengan anggukan mengerti. "Ini papahmu?" Tunjukku pada satu foto keluarga. "Itu papah tiri, papahnya si Agung. Kalo papahku bukan yg itu" dia menjelaskan sambil menyisir rambutnya yang panjang. "Sekarang papah di Bandung, kangen deh" ucapnya lagi.
"Papah tirimu sekarang dimana?" Tanyaku karna ya dia tidak pernah membahasnya. Btw ya aku sudah tau bahwa orang tuanya sudah bercerai saat dia kecil, tapi aku baru tau kalau ibunya menikah lagi.
"Udah pisah 3 tahun lalu" ucapnya acuh tak acuh. "Yuk kita mulai" katanya setelah selesai merapikan rambutnya. Kami pun mengerjakan tugas sambil banyak berdiskusi.
Tak lama terdengar suara ketukan dan suara pintu terbuka. "Lun udah dirumah kmu, kirain main dulu" muncul gadis seusia ku dengan kaos dan celana jeans panjang. Ah itu Agnes, temannya yang tadi dibahas saat diperjalanan, ingat?
"Eh Nes masuk, iya tadi aku cepet cepet mau ngerjain tugas" jawab Luna sambil tersenyum.
Agnespun masuk sambil mengangguk angguk, lalu duduk disebelah Luna. "Eh iya Ley ini Agnes, Nes ini Leynna, temenku di sekolah" Luna memperkenalkan aku pada Agnes. Dan kamipun berjabat.Â
Merekapun mengobrol dan tiba tiba membahas 'arak', akupun bertanya "kamu pernah Nes?" Ia pun mengangguk "Rasanya kayak gimana?" Tanyaku lagi, "kayak jamu, pernah minum jamu kan?" Aku hanya ber oh ria sambil mengangguk. "Kamu pernah Lun?"Â
Dengan mantap dia menggeleng dan menjawab "Enggak lah, aku ga beranim cukup ngerokok aja" jawabnya. Ya rokok kunci dari semua ini. Lalu kita bertiga melanjutkan perbincangan.
Agnes pun pamit untuk pulang, karna ada sesuatu katanya. Setelah selesai membuat tugas, aku dan Luna pun bersiap" untuk pergi ke warnet meng-print tugasnya.Â
Setelah selesai Luna mengantarku ke pangkalan ojeg terdekat. "Eh aku ajak Agnes yaa, biar nanti pulangnya aku ga sendiri" dan aku balas dengan anggukan dan senyuman. Kamipun ke rumah Agnes, dan langsung mengajaknya ikut.Â
Diperjalanan mereka sedang asyik mengobrol, aku dengar dengar sih ngomongin bahwa Agnes udah positif, positif itu lah hehe. "Eh Lun kata nya ini isian, diteken keras" kata Agnes sembari mengusap usap perutnya.
Astaga apakah dia gak malu apa cerita gitu padahal ada aku, temannya Luna yang belum terlalu saling kenal? Lalu akhirnya sampailah dipangkalan ojeg itu. "Aku pulang dulu yaa" ucapku sembari melambaikan tangan. "Hati hati" teriak Luna sambil menyunggingkan senyum manisnya.
Berminggu minggu telah berlalu, di sekolah kadang aku dan Luna membahas soal Agnes yang yahh begitulah. Tapi sudah kurang lebih 2 minggu Luna gak masuk, katanya dia ke rumah papahnya di Bandung. Memang sih dia sering tidak sekolah tanpa ada surat atau pemberitahuan bahwa dia sakit atu ada acara.Â
"Eh si Luna tuh udh alfa 2 minggu, kan alesannya ke papahnya, padahal di Bandung dia cuma seminggu, ngapain coba ga sekolah, padahal kan udah pulang dari orang tuanya." Ujar seksi absensi di kelas, tuh kemana pula anak itu. Bukan hanya absen yang tertinggal, pasti pelajaranpun tertinggal jauh. Hadeuhh... Nanti akan kutanyakan tentang hal ini saat dia masuk.
Kenaikan kelaspun tiba, semua murid berbondong bondong untuk melihat mading yang bertuliskan nama nam siswa beserta kelas barunya, ya setiap kenaikan kelas, disini kelas kami akan selalu diacak. Aku menemukan namaku terdaftar di kelas unggulan, ugh aku ga yakin itu aku. Dan Luna masih mencari namanya dengan muka cemas.
"Ada nggak?" Tanyaku padanya, "uhm aku masuk kelas D" ucapnya. Setelah itu kita berbaris sesuai kelas baru kami. Karna kelasku dan Luna berbeda, jadi kita gak barengan lagi deh.
Setelah pembagian kelas itu, aku tak pernah lihat dia lagi. Kemana anak itu? Sombongnya.
Aku bertanya pada temanku yang anak kelas D "Eh kamu sekelas sama Luna kan?"
"Luna? Enggak Ley, dia ga naik, dia masuk kelas 8D." Ucap temanku itu. "Kasian ya dia, tapi itu memang salahnya sendiri, dia jarang masuk sekolah." Lanjutnya.
Dari situ kamu sudah tidak ada kontak lagi, ibuku pun bercerita saat pembagian rapot, wali kelasku berkata ada beberapa anak yang tidak naik kelas, dan termasuk saty anak perempuan. Ibuku yang kenal dengan mamahnya Luna melihat reaksi wajahnya yang langsung menahan malu dikala itu. Kasihan sekali, pasti ia malu sekaligus tidak tau harus bagaimana.
Aku sudah tidak melihatnya lagi, ternyata kata temanku dia pindah sekolah. Semoga dia tidak mengulagi kesalahannya lagi, dan bisa membatasi pergaulannya.
Suatu hari aku mencoba men-inbox Luna
"Hi Lun, dimana lu sekarang? Pindah ga bilang bilang yaa"
Esoknya dia baru membalas
"Eh Ley, haii. Iya nih maaf yaa, sekarang aku di Bandung sama papah."
Aku tersenyum, masih ingat aku dia
"Widih anak kota nih yaa"
Dan percakapanpun berlanjut.
Sudah 3 tahun berlalu, sekarang yang kutau tentang dia, dia masih sekolah, namun beda 2 tahun denganku. Semoga saja masa lalunya bisa menjadi pembelajaran bagi dia. Dan tidak diulang lagi. Ya Lun, lu inget gua kan? Temen lu yang dulu gak pernah cape suruh lu berhenti merokok. Semoga lu sukses keddpannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI