Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen : Pelacur Tak bersalah

3 Februari 2020   10:27 Diperbarui: 30 Oktober 2021   18:57 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Ohh... dikirain ada pelanggan mbak. Hmmm! Gimana kabarnya Arif kecil mbak, apa masih panas?" Tanya Cindy.

 "Iya dek. Tapi, udah agak mendingan sii sekarang. Ya ... mungkin rindu bapaknya" membuang abu di rokok yang sedang ia hisap.

 "Ya mbak. Syukurlah kalo begitu." 

 "Sebentar dek, mbak mau sholat isya dulu. Mumpung belum ada pengunjung. Hmmm... Ditinggal gak apa-apa ya dek?" Ucap Lia sembari berdiri dan berjalan menuju ke Ruko. 

  Malam ini sudah menunjukan pukul 22.50 Wib. Suasana makin dingin, ditemani hiruk pikuk ramainya ibu kota. Dari suara knalpot kendaraan bermotor hingga ramainya pejalan kaki yang tidak jauh dari posisi keberadaan Cindy . Cindy masih duduk seorang diri, tidak jauh dari ruko Cindy ada juga beberapa ruko yang sama. Ruko - ruko tersebut merupakan tempat hiburan malam seperti Karaokean. Dan Cindy merupakan salah satu dari banyaknya wanita yang menjadi teman para tamu karaokean. 

  Setelah sholat, Lia keluar lagi dan mendapati Cindy sedang mengobrol dengan 2 pemuda berumuran 20 Tahunan, yang juga dapat diperkirakan seumuran dengan Cindy sendiri.


 "Pengunjung ya dek?" Tanya Lia kepada Cindy.

 "Ohh... bukan mbak. kenalin pacarnya Cindy, Dani namanya mbak. Dan yang ini temannya  si Saipul. Mereka mahasiswa dari Fakultas Ekonomi UI mbak." 

 "Salam kenal, perkenalkan Dani mbak." Ucap Dani sembari menyodorkan tangannya

"Lia" balas Lia kepada Dani.

 "Kalo saya saipul bin sobri. Bisa di panggil ipul mbak" sembari menyodorkan tangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun