Ketika murid memahami manfaat TKA, mereka akan lebih termotivasi untuk ikut serta, bukan karena paksaan, melainkan karena kesadaran.
Sosialisasi yang Jelas dan Inspiratif
Langkah pertama adalah sosialisasi. Jangan sampai murid hanya mendengar TKA dari isu atau gosip antarkelas. Informasi harus datang langsung dari sumber resmi di sekolah, disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Bayangkan ada sebuah pertemuan di aula sekolah. Kepala sekolah berdiri di depan, menyapa dengan hangat. "Anak-anak, TKA bukan ujian kelulusan. Jadi jangan takut. Justru dengan ikut TKA, kalian punya peluang lebih besar untuk masuk perguruan tinggi atau mendapatkan beasiswa. Ini kesempatan, bukan beban." Kata-kata sederhana seperti itu bisa memberi efek menenangkan.
Tak hanya sosialisasi formal, guru bisa menyelipkan cerita-cerita inspiratif dalam kelas. Misalnya tentang alumni yang berhasil kuliah di universitas ternama berkat keberaniannya mengikuti tes semacam TKA. Cerita nyata biasanya lebih membekas daripada teori panjang.
Apresiasi, Bukan Hanya Nilai
Ada murid yang mau ikut TKA, tapi merasa minder. "Aku kan biasa-biasa saja, nilainya juga pas-pasan. Kalau ikut tes, pasti jelek," pikirnya. Sekolah perlu menanamkan bahwa ikut TKA itu sendiri sudah sebuah keberanian. Maka wajar kalau sekolah memberikan apresiasi. Apresiasi tidak harus berupa hadiah mahal. Cukup dengan sertifikat, pengumuman di majalah dinding, atau sekadar ucapan selamat dalam apel pagi. "Selamat kepada 120 murid yang sudah mendaftar TKA. Kalian semua adalah pejuang hebat!" Kebanggaan kecil ini bisa membuat murid lain tergugah.
Menggandeng Orang Tua
Keputusan ikut TKA tidak selalu datang dari murid. Sering kali orang tua punya pengaruh besar. Maka, sekolah juga perlu melibatkan mereka. Caranya bisa lewat pertemuan orang tua, grup WhatsApp kelas, atau surat resmi.
"Bapak Ibu, mari kita dorong anak-anak untuk ikut TKA. Hasilnya akan jadi data penting untuk masa depan mereka. Jangan khawatir, TKA bukan penentu kelulusan, tapi bisa jadi tiket menuju beasiswa atau perguruan tinggi." Ketika orang tua memahami manfaat TKA, mereka akan lebih semangat mendorong anak-anaknya.
Persiapan Akademik: Dari Try Out hingga CBT
Setelah murid mau mendaftar, pekerjaan sekolah belum selesai. Persiapan adalah kunci. Sekolah bisa mengadakan program try out TKA secara berkala. Try out bukan hanya mengukur kemampuan, tapi juga membuat murid terbiasa dengan suasana tes. Apalagi jika TKA nanti berbasis komputer, murid perlu dilatih mengerjakan soal dengan sistem Computer Based Test (CBT). Dengan latihan rutin, murid jadi terbiasa: cara membaca soal cepat, strategi menjawab, hingga mengatur waktu pengerjaan. Ini semua membuat mereka lebih percaya diri saat menghadapi tes sesungguhnya.