Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pembelajaran Berdiferensiasi Pada Kurikulum Merdeka

29 April 2023   14:33 Diperbarui: 30 April 2023   08:05 4331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran kurikulum merdeka belajar di SDN 005 Tanjung Palas Timur Kabupaten Bulungan Kaltara. Sekolah ini telah menerapkan kurikulum merdeka sejak 2017(Kompas.com/Ahmad Dzulviqor)

Dalam konteks fisik, lingkungan sekolah harus aman dan nyaman untuk digunakan sebagai tempat belajar. Sarana-prasarana, kebersihan, dan kerapihan lingkungan sekolah harus dipelihara dan ditingkatkan.

Dalam konteks psikis, pendidik dan tenaga kependidikan harus menciptakan iklim yang kondusif untuk membangun suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi murid. Sekolah harus terbebas dari perundungan (bullying), kekerasan seksual, dan intoleransi. 

Pencegahan ketiga masalah tersebut saat ini menjadi program yang diprioritaskan oleh Kemendikbudristek karena tidak mungkin proses pembelajaran bisa berlangsung dengan optimal kalau murid ada yang merasa tertekan, terancam, dikucilkan, atau direndahkan harkat dan martabatnya baik oleh teman-temannya atau oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah tempatnya belajar.

Walaupun pembelajaran berdiferensiasi secara konsep bukan hal baru, tetapi tidak dapat dipungkiri, masih banyak guru yang belum memahaminya dengan baik. Kalau pun misalnya sudah memahaminya, belum tentu mau melaksanakannya. Mengapa demikian? Karena pembelajaran berdiferensiasi memerlukan guru tipe pekerja keras, kreatif, inovatif, dan mau keluar dari zona nyaman.

Mengelola belasan bahkan puluhan anak dengan beragam karakter dan kebutuhan belajar dalam satu kelas bukan hal yang mudah. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru.

Bagi guru yang belum memahami konsep dan implementasi pembelajaran berdiferensiasi, hal yang perlu dilakukan adalah menggerakkan diri untuk mau belajar baik secara mandiri maupun melalui komunitas belajar di satuan pendidikan, Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), atau organisasi profesi. Selain itu, guru dapat mengoptimalkan sumber belajar dari internet atau Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang sudah disediakan oleh Kemendikbudristek.

Tindak lanjut dari pembelajaran berdiferensiasi, guru pun perlu melakukan asesmen hasil belajar murid secara berdiferensiasi melalui beragam instrumen yang relevan yang mampu menggali dan memunculkan kompetensi setiap murid. 

Jika pembelajarannya berdiferensasi tetapi asesmen hasil belajar hanya menggunakan satu instrumen atau satu tes terstandar saja, misalnya menggunakan paper and pencil test, maka pembelajaran berdiferensiasi akan menjadi ambyar. 

Kita tidak akan melihat murid yang unggul pada bidang masing-masing, tapi murid yang diberikan stigma atau label gagal dalam belajar. Dan hal tersebut tentunya tidak sesuai dengan filosofi merdeka belajar sebagaimana yang diamanatkan oleh Ki Hadjar Dewantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun