Pada pembelajaran berdiferensiasi, murid diposisikan sebagai subjek pembelajaran. Sebagai subjek pembelajaran, murid didorong menjadikan pembelajaran sebagai sebuah tujuan yang akan dicapai oleh mereka dengan sukarela dan penuh kegembiraan, bukan sebaliknya, yaitu proses belajar menjadi beban dan membuatnya menjadi tertekan.
Murid pun diberikan kemerdekaan untuk belajar dengan gaya belajarnya. Dia pun diberikan kemerdekaan beragam sumber belajar yang relevan. Peran guru menjembatani proses belajar murid hingga mereka mencapai tujuan pembelajaran.
Proses pembelajaran harus menjadi sebuah petualangan intelektual yang menggembirakan bagi mereka. Proses pembelajaran yang bermakna mengarahkan murid untuk memiliki kecakapan hidup (life skill) yang meliputi kecakapan individu (personal skill), kecakapan sosial (social skill), dan kecakapan vokasi (vocational skill).
Pada proses pembelajaran berdiferensiasi, guru sebaiknya lebih fokus untuk mengembangkan atau menguatkan hal yang potensial dari murid sekaligus memotivasi dan membimbing mereka untuk meningkatkan hal yang masih lemah melalui beragam strategi dan metode.Â
Hal yang kuat pada diri mereka akan menjadi modal yang berharga untuk melanjutkan pendidikan dan karier di masa depan, sedangkan hal yang lemah tidak menjadikan mereka putus asa dan tetap optimis karena fitrah manusia pasti memiliki keunggulan dan kelemahan.Â
Pada beberapa kasus yang muncul, ada orang yang menjadikan keterbatasannya justru sebagai motivasi dan energi untuk hidup sukses dan menggapai cita-cita sehingga dia bisa menjadi insprasi bagi orang lain.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah gambaran sebuah pembelajaran inklusif karena setiap murid berhak mendapatkan layanan pembelajaran yang optimal. Tidak ada murid yang dianakemaskan dan tidak ada murid yang didiskriminasikan.Â
Semuanya berhak mendapatkan layanan pembelajaran yang sama dalam keberagaman. Di sinilah asas keadilan dan keseteraan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
Adalah hal yang tidak adil jika setiap murid dipaksakan atau ditekan untuk menguasai semua materi pelajaran yang diajarkan oleh guru, baik guru kelas ataupun guru mata pelajaran.Â
Hal yang perlu dilakukan oleh guru adalah memfasilitasi proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar mereka. Guru bukan satu-satunya sumber belajar karena selain dari guru, murid bisa belajar dari sumber lainnya seperti buku, diktat, modul, internet, narasumber, teman sebaya, dan lingkungan sekitar.
Sesuai dengan amanat Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, sekolah harus menjadi taman belajar bagi murid, baik dalam konteks fisik maupun psikis.Â