Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pembelajaran Berdiferensasi: Inspirasi dari Guru SLB

12 April 2023   11:31 Diperbarui: 12 April 2023   14:01 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat guru mengajar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada Kamis (21/6/2018) di Sekolah Dasar Luar Biasa C Dian Kusuma, Kebon Jeruk, Jakarta Barat| DOK. KOMPAS.com/ELISABETH DIANDRA SANDI

Oleh: IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan)

Suatu hari saya pernah berdiskusi dengan seorang guru Sekolah Luar Biasa (SLB). Kami mendiskusikan isu-isu aktual terkait dengan implementasi kurikulum merdeka. 

Salah satu hal yang kami diskusikan terkait dengan pembelajaran berdiferensiasi. Saya bertanya kepada guru SLB tersebut bagaimana pengalamannya mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi di kelas yang diajarnya.

Guru tersebut kemudian menjawab bahwa dia mengajar di level SDLB. Baginya, pembelajaran berdiferensiasi pada dasarnya bukan hal yang baru karena memang sudah biasa dilakukan di SLB yang notabene peserta didiknya Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). 

Kalau pembelajaran di SLB tidak berdiferensiasi, bisa repot di kelas. Peserta didik tidak akan mendapatkan layanan pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu, di saat guru-guru disarankan untuk mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi pada kurikulum merdeka, guru-guru SLB tidak mengalami kesulitan.

Guru SLB dalam setiap aktivitas pembelajarannya berinteraksi dan berkomunikasi dengan ABK yang memiliki beragam keunikan. Mereka harus bisa memberikan layanan pembelajaran kepada setiap ABK pada kelas yang diampunya. 

Dari konteks psikologis, guru SLB harus juga memacu semangat, menjaga mental, dan memotivasi ABK untuk mau belajar. Selain itu, guru SLB juga harus berkomunikasi dengan orangtua peserta didiknya agar mau bekerja sama ikut membimbing dan mengawasi kegiatan belajar anaknya di rumah. 

Kadang, membangun kerja sama dengan orangtua peserta didik ABK menjadi tantangan tersendiri karena tidak setiap orangtua mau melakukannya dengan berbagai alasan.

Guru SLB tersebut menyampaikan bahwa muridnya sebanyak 6 orang dengan 4 kebutuhan khusus. Masing-masing 3 orang anak tuna grahita, 1 orang anak tuna rungu, 1 orang anak down syndrome, dan 1 orang anak autis. 

Untuk memfaslitasi pembelajaran untuk 6 orang anak yang memiliki kebutuhan yang berbeda tersebut tentunya diperlukan strategi pembelajaran yang beragam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun