Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama FEATURED

Bagaimana Menyikapi Nilai Rapor?

22 Juni 2021   16:38 Diperbarui: 11 Juni 2022   07:04 1937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demi meminimalisir kontak langsung dan menciptakan kerumunan, pembagian rapor siswa di tengah pandemi Covid-19 ini dilakukan dengan beragam cara (Sumber: foto.edukasi.kompas.com)

Hal tersebut yang perlu diperhatikan oleh guru. Mungkin ada peserta didik yang tampak antusias belajar pada mata pelajaran tertentu tapi kurang antusias pada mata pelajaran lainnya. 

Jika ada kasus peserta didik kurang antusias belajar pada setiap mata pelajaran, mungkin dia memiliki masalah terkait kejiwaannya atau dampak dari masalah yang terjadi di lingkungan rumahnya. Peran guru BK dan wali kelas diperlukan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik.

Terkait pencapaian hasil belajar peserta didik, guru pun tentunya perlu melakukan refleksi sejauh mana strategi pembelajaran yang telah dilakukannya selama tahun pelajaran yang telah berlangsung dan menyusun perbaikan pada tahun pelajaran baru.

Intinya, guru harus memiliki jiwa reflektif sekaligus jiwa pembelajar. Tantangan yang dihadapi oleh setiap guru pada setiap tahun tentunya beragam karena peserta didik yang diajarnya pun berbeda-beda. 

Satu pendekatan yang diterapkan pada kelas tertentu belum tentu cocok diterapkan pada kelas yang lainnya. Di sinilah kemampuan guru dalam mengidentifikasi kemampuan dan gaya belajar peserta didik diperlukan agar mampu menerapkan strategi pembelajara yang tepat.

Bagi peserta didik, nilai yang tercantum pada buku rapor adalah gambaran upaya yang telah dilakukan selama proses pelajar. Sebuah pepatah bijak mengatakan bahwa hasil tidak mengkhianati usaha. 

Jika belajarnya serius, maka hasil belajar yang didapatkan pun akan baik. Sebaliknya, jika belajar kurang serius, malas-malasan, maka hasilnya pun kurang memuaskan. 

Walau secara teori, guru harus melaksanakan penilaian secara otentik, tetapi pada praktiknya tidak tertutup kemungkinan ada "nilai kasih sayang" atau "nilai kasihan" dari seorang guru kepada peserta didik. Tujuannya untuk "menolong" peserta didik yang nilainya kurang.

Jika nilai yang didapatkannya kurang optimal, maka peserta didik dengan bimbingan orang tua dan guru perlu meningkatkan upayanya dalam belajar agar lebih giat. 

Belajar itu susah tapi akan lebih susah lagi kalau tidak belajar. Belajar adalah sebuah proses dan belajar perlu waktu. Anak yang cerdas tidak identik menguasai atau terampil pada setiap mata pelajaran. 

Fokus kembangkan minat dan bakat yang dimiliki sebagai bekal di masa depan. Tidak ada anak yang bodoh, tapi yang ada adalah anak yang memerlukan waktu yang berbeda dalam menyerap ilmu yang disampaikan oleh guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun