Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Makna Pancasila di Mata Ceu Edoh

1 Juni 2020   16:25 Diperbarui: 1 Juni 2020   16:25 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

MAKNA PANCASILA DIMATA CEU EDOH

Oleh: IDRIS APANDI

(Penulis Buku Kajian Pancasila Kontemporer)

 

Sejak tahun 2017, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahir Pancasila. Setiap bangsa Indonesia diharapkan dapat memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila sebagai ideologi dan falsafah bangsa.

Berkaitan dengan hal tersebut, seorang wartawan dari sebuah media mewawancarai Ceu Edoh, seorang pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah Kang Mus, seorang mantan preman di Bandung.

Berikut petikan wawancaranya:

Wartawan

:

Ceu Edoh, apa makna Pancasila menurut Euceu?

Ceu Edoh

:

Makna Pancasila? Gampang atuh eta mah Wan.. (sapaan untuk sang reporter).

Wartawan

:

Oh gitu Ceu? Apa coba maknanya?

Ceu Edoh

:

Gini ya, makna Pancasila bagi Eceu itu adalah kalau honor Eceu dari Kang Mus lancar, gak pakai macet.

Wartawan

:

Kok gitu Ceu? Apa hubungannya Pancasila dengan honor Euceu dari Kang Mus?

Ceu Edoh

:

Eh, sangat erat hubungannya  Wan...

Wartawan

:

Coba jelaskan ceu!

Ceu Edoh

:

Gini ya, sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kang Mus kalau cepat-cepat membayar honor saya, berarti dia orang yang beriman kepada Tuhan YME. Bukankah agama Islam memerintahkan agar majikan segera membayar honor pekerja sebelum keringatnya kering? Jadi, kalau misalnya Kang Mus lambat membayar honor saya, dia belum benar-benar menghayati keimannya kepad Tuhan YME.


Sila kedua Pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab.

Kang Mus kalau cepat-cepat membayar honor saya, berarti dia adalah orang yang berperikemanusiaan, tidak mengabaikan saya yang sudah bekerja keras di rumahnya. Dia paham bahwa saya itu perlu honor untuk biaya hidup saya dan anak-anak saya. Kalau honor dari Kang Mus telat, berarti nilai kemanusiaannya masih rendah.

Sila ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia.

Kang Mus kalau cepat-cepat membayar honor saya, berarti dia berharap saya betah kerja di rumahnya. Kalau saya betah kerja di rumahnya, berarti saya tidak akan pindah kerja alias saya dan Kang Mus bersatu dalam satu ikatan kontrak kerja. Dan saya pun akan bekerja dengan sebaik-baiknya agar tidak mengecewakan Kang Mus.

Sila keempat Pancasila, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan.

Supaya saya betah kerja di rumah Kang Mus, maka harus ada kontrak kerja dan musyawarah dulu antara Kang Mus sebagai majikan dan saya sebagai pekerjanya. Berapa saya dibayar harus jelas atau harus berdasarkan kesempatan bersama. Dan honor pun harus dibayar tepat waktu.

Sila kelima Pancasila, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kang Mus kalau membayar honor saya cepat-cepat sesuai dengan kontrak yang telah disepakati bersama, berarti dia sudah berbuat adil kepada saya, alias tidak mengabaikan saya sebagai pekerjanya, karena saya pun telah bekerja dengan baik untuknya.

Wartawan

:

Wah... wah... saya benar-benar gak nyangka... Ceu Edoh bisa menjelaskan makna Pancasila dengan jelas dan detil seperti ini. Luar biasa Ceu Edoh. Harusnya Ceu Edoh yang jadi Duta Pancasila tuh.

Ceu Edoh

:

Gini-gini juga Ceu Edoh teh pernah jadi juara I cerdas cermat Pancasila waktu di SD. Jadi masih ingat tentang makna Pancasila atuh Wan.

Wartawan

:

Okedeh Ceu. Makasih ya atas penjelasannya. Nanti pendapat Eceu saya muat di media saya. Selamat Hari Pancasila.

Ceu Edoh

:

Oke sama-sama Abang Wartawan. Jangan lupa, beritanya harus pakai foto Ceu Edoh yang terbaru ya, biar keren dan cetar membahanna.

Wartawan

:

Oke siap Ceu. Laksanakan...!!!

Berdasarkan dialog antara wartawan dengan Ceu Edoh di atas, ada beberapa pesan moral yang dapat diambil, yaitu:

  • Pancasila bukan hanya gebyar dalam tataran gagasan, ide, dan wacana, tetapi harus dipahami, dihayati dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari;
  • Pengamalan nilai-nilai Pancasila mulailah dari hal yang kecil atau sederhana di lingkungan keluarga, lingkungan tempat kerja, dan lingkungan masyarakat;
  • Pembahasan dan penjelasan terkait Pancasila bukan hanya menggunakan bahasa-bahasa yang berat dan academic heavy, tetapi juga bisa menggunakan bahasa rakyat kebanyakan, bahasa yang lebih membumi, dan bahasa yang lebih sederhana, sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.
  • Pancasila harus membumi, tidak ekslusif. Pembahasan terkait Pancasila bukan hanya ada di ruang-ruang kelas, diskusi-diskusi, atau seminar-seminar, tetapi membumi, hidup dalam jiwa anak bangsa, dan menjadi pedoman hidup sehari-hari. Banyak diantara hal baik yang dilakukan oleh masyarakat sebenarnya adalah cerminan pengamalan Pancasila, tetapi mereka belum memahaminya, karena Pancasila seolah menjadi hal yang ekslusif, tidak terkait dengan kehidupan mereka. Pancasila dianggap hanya ada saat belajar di sekolah dan bersifat hapalan, dan setelah itu terabaikan.
  • Pemahaman Pancasila seperti yang dipaparkan oleh tokoh bernama Ceu Edoh adalah bukti bahwa rakyat perlu dididik dan perlu dipahamkan makna Pancasila sesuai dengan konteks kehidupannya hari agar mereka merasa perlu dan merasa memiliki Pancasila sebagai pandangan hidup bermasyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun