Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"My Class My Adventure"

12 Mei 2018   11:17 Diperbarui: 13 Mei 2018   09:50 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh:

IDRIS APANDI

(Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan/LPMP Jawa Barat)

Judul tulisan ini terinspirasi oleh status yang dibuat oleh seorang teman di Facebook. Saya langsung klik membaca status tersebut. Kalau selama ini iklan sebuah produk berjargon "my live my adventure", maka dalam konteks pendidikan, guru bisa mengatakan "my class my adventure." Kelasku adalah petualangaku. Mengapa demikian? Karena guru sebagai pengajar dan pendidik, ibarat petualang, bebas merancang, melaksanakan, dan menilai hasil belajar siswa.

Jika mau dianalogikan, guru bak seorang penulis skenario bagaimana alur cerita yang akan dia lakukan di kelas. Guru bak dirijen yang mengatur jalannya ritme musik pada sebuah konser orkestra pembelajaran. Guru bak koki yang akan mengolahan bahan-bahan mentah menjadi sebuah hidangan masakan yang enak dan lezat. Guru bak pengukir masa depan anak-anak didiknya, sehingga hasil ukirannya tersebut membekas seumur hidup dan tercermin dalam sikap dan perilaku mereka. Guru bak petualang yang mengeksplorasi kemampuan setiap siswanya, sehingga siswa mampu menemukan minat dan bakatnya, dan bebas memilih jalan terbaik untuk menemukan potensi siswanya.

Guru dalam melaksanakan tugas dihadapkan pada berbagai situasi, kondisi, dan karakter siswa. Hal ini tentunya disamping menjadi tantangan, juga sekaligus menjadi keasyikan tersendiri bagi guru, karena guru dapat merancang dan menerapkan berbagai model, strategi, metode, dan teknis penyampaian materi yang beragam sehingga bisa dipahami oleh para siswanya. Dengan kata lain, guru bak seorang peneliti di laboratorium pembelajaran yang bernama kelas. Sebuah kelas, tidak hanya diartikan sebuah ruangan segi empat yang dikelilingi tembok, tetapi juga aktivitas pembelajaran di luar ruang kelas, bahkan aktivitas siswa di masyarakat.

Dalam perjalanan karirnya guru pun mencatat dan mengalami berbagai pengalaman baik yang enak maupun yang kurang enak. Pernah berhadapan dengan anak-anak yang mudah diatur dan juga sulit untuk diatur. Hal tersebut selain dijadikan pengalaman juga dijadikan sebagai kenangan sekaligus pelajaran bagi guru untuk semakin meningkatkan kinerjanya. Bagi guru yang mencintai profesinya, mengajar dan mendidik murid adalah rekreasi yang menyenangkan, walau peluh keringat bercucuran dan dihadapkan pada keterbatasan sarana dan prasarana. Dia bahagia manakala dapat bersama dengan siswa-siswanya. Apalagi kalau melihat anak-anak didiknya sukses dalam kehidupannya, sang guru tentu akan sangat bangga.

Di tangan guru yang bertugas belasan sampai puluhan tahun, ratusan bahkan ribuan siswa pernah diajarnya. Tapi sang guru biasanya terlihat awet muda, disaat murid-muridnya telah berumah tangga dan memiliki keturunan. Itulah mungkin keuntungan menjadi guru. Hal ini tampak jika ada acara reuni alumni. Guru dan mantan muridnya terlihat seolah seumuran. Guru terlihat awet muda, padahal usianya terpaut jauh. Sang guru telah mengantarkan murid-muridnya tersebut menjemput masa depannya.

Ketika sang guru purnabakti, alangkah sangat baik jika pengalaman guru dalam melaksanakan tugas dibuat jadi sebuah memoar (buku) yang disamping menjadi kenangan, bisa juga dibaca sekaligus dijadikan inspirasi bagi para pembacanya. Siapa tahu ketika membaca bukunya, ada yang juga ingin menjadi guru seperti dirinya. Di buku tersebut sang guru menceritakan A sampai dengan Z perjalanan karirnya. Di situ akan tergambar dengan jelas hakikat slogan "my class my adventure. Saya yakin, dibalik pengalaman pahit menjadi guru, justru banyak pengalaman manisnya, sehingga dia tidak menyesal, bahkan bangga memilih profesi sebagai guru.

Slogan "my class my adventure" bisa menjadikan gambaran dari dedikasi seorang guru. Portofolio dan rekam jejaknya tercantum di situ. Bagi sang petualang, semakin tinggi tantangan maka semakin menarik baginya, dan semakin memicu adrenalinnya. Hakikat sukses baginya adalah manakala mampu menaklukkan tantangan tersebut. Sebagai guru, dia akan merasa bahagia manakala mampu dan mampu membelajarkan (membuat perubahan) anak-anak didiknya dan mengantar mereka meraih sukses.

Slogan "my class my adventure" akan menjadi gambaran sosok guru pemberani dan penyuka tantangan. Kesannya mantap dan keren sekali, seperti para pemeran di iklan dengan tema "my live my adventure." Bedanya kalau iklan penuh dengan trik dan manipulatif, kalau kisah guru riil, tanpa rekayasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun