Seketika, kilatan petir menyambar pohon besar di depannya, membuat batangnya patah dan jatuh ke tanah dengan suara berdebum keras. Dinda terjatuh, tubuhnya menggigil karena dingin dan rasa takut yang melumpuhkannya.
Ketika dia mencoba berdiri, sebuah bayangan gelap muncul dari dalam hutan. Mata Dinda melebar ketika melihat apa yang berdiri di sana. Sebuah kepala, mengambang di udara. Wajahnya pucat, kulitnya penuh luka menganga, dan matanya merah menyala dengan tatapan penuh kebencian. Darah menetes dari leher yang terputus, membentuk genangan di tanah basah.
"Kembalikan tubuhku..." Kepala itu berbicara dengan suara serak dan dalam, membuat bulu kuduk Dinda berdiri.
Dinda tidak mampu bergerak. Kakinya seperti terpaku ke tanah. Kepala itu melayang mendekat, perlahan tapi pasti. Nafasnya terasa berat, dan udara di sekitarnya menjadi dingin, menusuk hingga ke tulang.
"Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan!" teriak Dinda dengan suara gemetar.
"Tubuhku... dicuri oleh keluargamu... Kembalikan, atau kau akan menjadi seperti aku!" Kepala itu mengeluarkan tawa mengerikan, bergema di antara pepohonan yang gelap.
Air mata mengalir di pipi Dinda. Dia tidak mengerti apa yang dimaksud makhluk itu. Keluarganya tidak pernah terlibat dalam hal-hal aneh atau mistis. Namun, kepala itu tampaknya tidak peduli dengan penjelasan. Ia terus melayang mendekat, dan saat jaraknya hanya beberapa langkah dari Dinda, kilatan petir menyambar lagi, memperlihatkan wujudnya dengan lebih jelas.
"TIDAK!!" Dinda menjerit dan memejamkan matanya, berharap semuanya hanyalah mimpi buruk.
Tiba-tiba, sebuah suara keras terdengar dari dalam hutan. Seperti suara seseorang yang membaca mantra. Suara itu semakin lama semakin keras, dan dalam sekejap, kepala itu berhenti bergerak. Matanya yang merah berubah menjadi kosong, dan perlahan ia melayang mundur, seperti ditarik oleh kekuatan yang tak terlihat.
Ketika Dinda membuka matanya, dia melihat seorang pria tua berdiri di tepi jalan. Itu adalah Pak Surya, dukun tua yang tinggal di ujung desa. Dia menatap kepala tanpa tubuh itu dengan mata tajam, tangannya terangkat, membentuk gerakan seperti mengusir makhluk jahat.
"Pergi, arwah terkutuk! Tempatmu bukan di sini!" teriak Pak Surya dengan suara lantang.