Mohon tunggu...
Henri S. Sasmita
Henri S. Sasmita Mohon Tunggu... Lainnya - Pengajar

Enthusiasm in education | Pandu Digital | Enthusiastic about law, art, culture, society, and technology | henry@office.seamolec.org

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

La Vita e' Bella

24 Mei 2018   02:26 Diperbarui: 24 Mei 2018   02:36 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benigni memainkan Guido Orefice, seorang pemilik toko buku Yahudi Italia, yang menggunakan imajinasinya yang penuh dengan rencana untuk melindungi putranya dari kengerian pengasingan di kamp konsentrasi Nazi. Film tersebut menceritakan bagaimana perjuangan  mulia seorang ayah yang berusaha menciptakan kegembiraan dan keceriaan ditengah kondisi di kamp konsentrasi Nazi tersebut terkesan sebuah games sedangkan dia juga menunggu giliran untuk dieksekusi mati tapi dia menutupi itu semua dengan games yang dia buat agar putranya tidak mengetahui akan kondisi yang terjadi sebenarnya.

Serta film The Pursuit of Happyness adalah sebuah film perjuangan seorang ayah tunggal Chris Gardner (Will Smith) yang mencintai dan harus membesarkan anaknya yang masih kecil dalam kondisi tidak punya uang, tidak punya rumah dan tidak  punya pekerjaan. Chris Gardner adalah seorang ayah yang rajin, pintar, semangat kerja tinggi dan punya impian yang besar untuk keluarga. 

Mereka harus tinggal di tempat penampungan dan menanggung banyak kesulitan, tetapi Chris menolak untuk menyerah pada putus asa saat ia berjuang untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik untuk dirinya dan putranya. Dalam film-film tersebut mengisahkan perjuangkan sebuah kehidupan yang seharusnya kita pejuangkan  karena ada cinta dan kasih sayang serta rasa syukur yang telah Tuhan berikan atas kehidupan ini.

Berbeda dengan peristiwa terorisme belakangan ini, aksi bom bunuh diri di gereja di Surabaya dan Mapolrestabes Surabaya melibatkan anak kecil sebagai pelaku teror dan kekerasan  . Terrorist menurut  Cambridge Dictionary:  someone who uses violent action, or threats of violent action, for political purposes adalah seseorang yang menggunakan aksi kekerasan, atau ancaman aksi kekerasan, untuk tujuan politik. Fenomena bom Surabaya yang melibatkan satu keluarga: suami, istri dan anak-anaknya. Ayah dari anak-anak tersebut memiliki impian belaka "surga" dengan membawa suatu keyakinan.  

Dalam hidup, kita harus mengambil banyak keputusan dan kadang kala keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang salah. Hal itu itu wajar, kita perlu berani mengambil keputusan. 

Jika salah, kita belajar dari kesalahan itu dan lalu ambil keputusan lain yang lebih baik karena Tuhan telah memberikan kita otak untuk berpikir dan Tuhan telah menganugrahi kita dengan kehidupan ini dan harus patut kita syukuri dan itulah cara kerja kehidupan. Bukan mengambil sebuah keputusan dengan ingin segera "mencium bau surga" dengan cara yang keji.  Hanya ada satu orang yang tidak pernah membuat keputusan yang salah dalam hidupnya, siapakah orang itu? Orang yang tidak pernah mengambil keputusan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun