Tapi disisi lain pikiran-pikiran seperti itu semakin menambah rasa bersalah Asti pada ibunya
***
Udara pagi begitu sejuk bersama dengan semilir angin, burung-burung yang bertengger di atas pohon pun berkicau bersahut-sahutan menghangatkan suasana pagi yang cerah.
Di bangku taman, Â tampak seorang wanita paruh baya tertegun melihat ke arah kejauhan, entah apa yang sedang dilihatnya, 'dan entah apa juga yang sedang dipikirkannya. Sangat sulit untuk menebaknya.
Ekspresi wanita paruh baya itu  begitu datar, tetapi matanya bersinar polos seperti mata kanak-kanak yang tak mengenal beban.
Wanita paruh baya  itu adalah ibu Asti, sudah 3 tahun ibunya berada di panti Jompo Cemerlang.Â
Asti terus melihat ibunya dengar pikiran berkecamuk.
Seperti punya mata di belakang ibunya menoleh dan  tersenyum melihat Asti, dan melambaikan tangan menyuruh Asti menghampirinya.
Walaupun Asti sudah mendengar dari perawat, kalau kondisi ibunya hari ini sangat baik, dan ingatannya juga kembali, tapi tetap saja, Asti masih  kaget melihat ibunya mengenalinya karena sudah cukup lama ibunya tidak mengenalinya.
"Apa kabarmu nak?"Ibunya berkata lembut dengan tatapan cinta seorang ibu, sambil membelai kepala Asti.
 Asti sudah lama tidak merasakan sentuhan kasih ibunya, semenjak ibunya menderita Alzheimer.