Mohon tunggu...
Ichsan
Ichsan Mohon Tunggu... Guru - Belajar menulis

menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kucing di Stasiun Kereta

5 Januari 2019   11:51 Diperbarui: 5 Januari 2019   12:06 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mata anak kucing itu nampak mengejut ketika melihat Sutinah. Gerak-gerak mengeong tanpa suara. Sutinah berjingkat patah-patah menuruni peron, mata si anak kucing terus siaga membuntuti setiap gelagatnya. Tak ada jejak keresek putih bertuliskan nama mal atau handuk kecil, Sutinah harus meraih anak kucing dengan kedua tangannya. Sangat hati-hati. Tak ada perlawanan dari binatang mungil itu. Mengangkatnya dengan lembut kemudian menutupinya dengan kain sarung dari lehernya sehingga hanya sebagian kepalanya yang menyembul. Kucing itu masih gemetar kedinginan. Sutinah mendorong kepala anak kucing ke dalam sarung, memberinya usapan sampai akhirnya ia mendengkur pelan.

Tak akan ada lagi kereta lewat malam ini. Tak ada alasan untuk tergesa. Direngkuhnya anak kucing lebih merapat. Mendekapnya ke dada, mencoba memindahkan hangat tubuhnya ke anak kucing itu, menghangatkan dirinya sendiri. Tak perlu waktu lama, perempuan itu sudah memanjat naik ke atas peron. Selasar. Kantor kepala stasiun. Pintu keluar. Parkir. Gerbang besar. Berjalan lebih cepat meninggalkan stasiun kereta.

Sutinah merasakan kegembiraan mengaliri tubuhnya. Tak akan ada lagi malam sepi.

Kabut menipis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun