Sweet Lullaby
Mendadak udara sewangi coklat iris matamu yang membinar pendar menyasari sekujur indera. Semesra deru napas yang tersengal terpapar rindu, berpacu dengan gigil yang terus mengepung relung lengkung di antara iga. Mengulum nyeri menerjemahkan mantra, desis namamu.
Tiba-tiba lirih rintik luruh mengharu, menderaskan tempias dari celah pintu, rembes pada sebentaran mimpi dini hari. Debar menggelepar kemudian terkapar. Sendiri.
Seharusnya kamar ini menyirna, menghilanglah sekat kaca dan busur-busur cahaya. Melejit menuju langit, tenang mengambang didekap senyap.
Berkali mengaduh pada cakrawala yang beringsut merona. Semata karena terbata melunaskan tujuh abad dahaga.
Jangan terjaga.