Mohon tunggu...
Ichsan
Ichsan Mohon Tunggu... Guru - Belajar menulis

menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sweet Lullabye

1 Juli 2018   20:19 Diperbarui: 1 Juli 2018   20:23 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sweet Lullaby

Mendadak udara sewangi coklat iris matamu yang membinar pendar menyasari sekujur indera. Semesra deru napas yang tersengal terpapar rindu, berpacu dengan gigil yang terus mengepung relung lengkung di antara iga. Mengulum nyeri menerjemahkan mantra, desis namamu.

Tiba-tiba lirih rintik luruh mengharu, menderaskan tempias dari celah pintu, rembes pada sebentaran mimpi dini hari. Debar menggelepar kemudian terkapar. Sendiri.

Seharusnya kamar ini menyirna, menghilanglah sekat kaca dan busur-busur cahaya. Melejit menuju langit, tenang mengambang didekap senyap.
Berkali mengaduh pada cakrawala yang beringsut merona. Semata karena terbata melunaskan tujuh abad dahaga.

Jangan terjaga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun