Mohon tunggu...
Ichsan Andika
Ichsan Andika Mohon Tunggu... Lainnya - ...selama ia tidak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian

Ernst Schnabel meninggal 25 Januari 1986. Siapa tau ada hubungannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tapak Petilasan Sabrang Wetan

27 Maret 2020   09:31 Diperbarui: 27 Maret 2020   09:47 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ramoses, Baginda. Target hamba Firaun Ramoses II. Hamba masuk dalam jajaran Cakrabirawa, Paspamfir, bodyguard ring 1 istana. Dengan kelebihan yang Allah berikan, mudah saja hamba direkrut langsung oleh Senapati Ing Alaga Mesir."

"Haman?"

"Betul, Baginda. Aku selama ini tinggal di istana Kasenopaten. Menebarkan benih-benih ketololan disana."

Badik kusarungkan lagi, dari tadi kumain-mainkan di tangan kananku. Aku perbaiki dudukku agar nyaman.

"Ceritakan semua, yang lengkap!"

"Sendika, Kanjeng Nabi." Iblis menarik napas panjang, hal yang tak perlu dilakukannya. Dramatisir. "Kita semua tentu ingat betapa takutnya Ramoses atas kedatangan anak ajaib, prodigy, wonder boy, yang akan menggoyang tahta. Bisikan politik lah yang membuatnya jatuh pada putusan menghabisi putra-putra Yahudi yang baru lahir. Padahal, yang menggoyang tahta Ramoses ya lingkaran terdekatnya sendiri. Ramoses berpikir dia berdiri diatas istana berlian, megah kokoh tanpa tanding. Padahal, istananya hanya ditopang oleh bambu diatas tanah lumpur hisap."

Bambu? Lumpur hisap? Bicara apa Iblis ini...

"Istana Ramoses itu pekat sekali kabut intriknya, Baginda. Hamba hanya perlu memastikan kabut itu siap disulut kapanpun."

"Disulut olehku?" Kanjeng Nabi Musa urun rembuk.

"Sebegitu pekatnya kabut intrik kubuat, hingga jangankan engkau sang Nabiyullah, hanya sekedar petualang politik kemarin sore saja bisa menyulut kegegeran tiang istana."

"Coba jelaskan kabut pekat yang kau maksud!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun