"Tenang saja, dia sangat baik. Dia pasti tidak akan keberatan."
***
Sesampainya didalam rumah, Fadlan mengenalkan Nela kepada kakaknya yang saat ini sedang libur bekerja. Kakaknya menyambut Nela dengan penuh senyum dan sangat ramah. Ia pun disuruh untuk segera mandi dan berganti pakaian agar tidak sakit.
Setelah selesai mandi, Nela mengenakan baju yang dipinjamkan oleh kakaknya Fadlan, lalu mereka berbincang-bincang dengan sangat akrab. Nela merasa sangat merindukan sosok kakaknya didalam setiap perbincangan mereka. Entah kenapa, ia seperti  menganggap kakaknya Fadlan sebagai kakaknya yang telah meninggal.
Suara dentingan piano yang sangat indah mulai terdengar, sepertinya berasal dari ruangan lain yang berada didalam rumah ini. Perbincangan mereka terhenti, kakaknya Fadlan menyuruh agar Nela segera beranjak ke ruang tengah untuk menemui adiknya itu.
Nela menurut, ia segera beranjak keruang tengah seorang diri. Dilihatnya seseorang duduk sambil memainkan piano dengan lincahnya. Ia mulai menghampiri Fadlan yang sedang mengalunkan nada-nada indah dengan pianonya.
"Hai, kamu sudah selesai?" Tanya Fadlan, lalu menghentikan permainan pianonya.
"Sudah. Aku baru tahu bahwa kamu ternyata bisa memainkan piano," kata Nela terkagum-kagum.
"Duduklah disini," pinta Fadlan sambil bergeser menyisakan tempat untuk gadis itu.
"Aku memiliki lagu ciptaan sendiri, kamu mau mendengarnya?" Ia lanjut bertanya pada gadis itu.
"Ciptaan sendiri? Apa judul lagunya?" Tanya Nela tidak menyangka.