Banyak desa kini mulai bertransformasi. Mereka membentuk BUMDes (Badan Usaha Milik Desa), membangun embung, mendirikan koperasi, hingga memberdayakan perempuan lewat UMKM lokal. Negara mulai hadir walau belum sepenuhnya merata.
Desa Bangkit, Negara Hadir
Desa Ponggok di Klaten, Jawa Tengah. Lewat pengelolaan sumber daya air yang baik dan inovasi BUMDesa, desa ini berhasil meraih omzet miliaran rupiah per tahun dari sektor wisata air. Kemiskinan turun drastis, pengangguran nyaris tak terdengar. Di Papua, Desa Nimbokrang mulai dikenal karena produksi kopi lokalnya yang mendunia, berkat pelatihan dan pendampingan dari Kementerian Desa.
Contoh-contoh ini membuktikan bahwa ketika negara hadir secara konkret bukan sekadar kunjungan seremonial kemiskinan bisa dilawan, martabat desa bisa ditegakkan. Negara bukan hanya hadir dalam bentuk regulasi, tapi juga dalam bentuk pendampingan, akses pasar, teknologi, dan pendidikan.
Desa sebagai Titik Revolusi Sosial
1. Presisi Data, Presisi Intervensi
Negara harus memulai dari hal yang paling mendasar: data yang valid dan terintegrasi. Program perlindungan sosial dan bantuan pemerintah sering kali meleset karena tidak didukung data kemiskinan yang akurat. Solusi berbasis teknologi seperti Satu Data Desa harus diperkuat, agar bantuan benar-benar menyasar mereka yang berhak, bukan yang dekat dengan kekuasaan lokal.
2. Pendampingan Berbasis Kebutuhan Lokal
Setiap desa punya karakter, potensi, dan tantangan sendiri. Pendampingan dari pemerintah pusat maupun provinsi sebaiknya tidak menggunakan pendekatan seragam. Misalnya, desa di pegunungan membutuhkan akses logistik, sedangkan desa pesisir membutuhkan infrastruktur perikanan. Pendamping desa harus menjadi fasilitator, bukan sekadar pelapor proyek.
3. Literasi Ekonomi dan Digital
Kemiskinan juga terkait erat dengan literasi. Banyak warga desa tidak tahu bagaimana mengakses permodalan, mengelola keuangan, atau menggunakan teknologi digital. Negara harus hadir lewat program literasi ekonomi, pertanian cerdas, hingga pemasaran online. BUMDes bisa menjadi lokomotif digitalisasi ekonomi desa, asalkan didukung pelatihan dan insentif yang berkelanjutan.