Dikutip dari DKP Jawa Timur, Bawean adalah sebuah pulau kecil yang terletak di Laut Jawa, sekitar 120 km sebelah utara Surabaya, Jawa Timur. Meskipun ukurannya relatif kecil, Bawean menyimpan kekayaan sejarah dan budaya yang menarik untuk ditelusuri. Pulau ini sering disebut sebagai "Pulau Putri" karena sebagian besar penduduk laki-lakinya merantau ke luar negeri, khususnya ke Malaysia dan Singapura. Namun, di balik sebutan tersebut, tersembunyi kisah panjang tentang peradaban, perdagangan, kolonialisme, hingga diaspora Bawean yang membentuk identitas unik pulau ini.
Asal-usul dan Pengaruh Hindu-Buddha
Jejak peradaban awal Bawean bisa ditelusuri dari pengaruh Hindu-Buddha yang datang melalui jalur perdagangan maritim. Beberapa artefak dan cerita rakyat yang berkembang menunjukkan bahwa Bawean telah menjadi bagian dari jaringan perdagangan Nusantara sejak era Kerajaan Majapahit. Nama "Bawean" sendiri diyakini berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti "ada sinar" atau "cahaya terlihat", mengacu pada kesan pertama pelaut yang melihat pulau ini dari kejauhan.
Masa Islamisasi dan Perdagangan
Masuknya Islam ke Bawean terjadi pada abad ke-15 hingga 16, seiring dengan menyebarnya agama Islam ke berbagai wilayah pesisir Nusantara. Ulama dan saudagar dari Gresik dan daerah lain di Jawa memainkan peran penting dalam proses ini. Bawean menjadi salah satu pusat dakwah dan pendidikan Islam di wilayah laut utara Jawa. Tradisi keagamaan yang kuat hingga hari ini menjadi bukti keberhasilan penyebaran Islam di pulau tersebut.
Masa Kolonial dan Perjuangan Lokal
Bawean tidak luput dari pengaruh kolonialisme Belanda. Pada abad ke-19, pulau ini menjadi bagian dari wilayah administratif Hindia Belanda. Meski tidak banyak tercatat dalam sejarah nasional, rakyat Bawean memiliki kisah perjuangan lokal dalam mempertahankan tanah dan kebudayaan mereka dari dominasi asing. Banyak tokoh lokal yang menjadi penghubung antara pemerintah kolonial dan masyarakat adat, sekaligus menjaga nilai-nilai lokal agar tidak terkikis.
Diaspora Bawean: Dari Perantauan Menjadi Identitas
Fenomena merantau menjadi bagian penting dalam sejarah sosial Bawean. Sejak awal abad ke-20, banyak pemuda Bawean yang merantau ke Malaysia dan Singapura untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Diaspora ini membentuk komunitas Bawean di luar negeri yang masih menjaga budaya asalnya, termasuk bahasa, makanan, hingga adat-istiadat. Uniknya, meskipun tersebar di mancanegara, identitas Bawean tetap melekat kuat di hati para perantaunya.
Kesimpulan