Mohon tunggu...
ibs
ibs Mohon Tunggu... Editor - ibs

Jika non-A maka A, maka A

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Merdeka dalam Bermedsos

29 Juni 2020   12:43 Diperbarui: 30 Juni 2020   16:56 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah penulis | source images: oleh Pixelkult dari Pixabay | credit: Canva

Lagipula sampai sekarang saya masih, kok, temenan dan kongkow bareng dengan teman syang saya mute atau blok akun medsosnya. Itu tak pernah jadi masalah. 

Selain karena mungkin teman saya enggak tahu, mereka juga enggak pernah nanya juga. Kalau andai dia tanya, ya, saya jawab. Enggak ada soal.

Saya juga akan berlaku adil kepada teman-teman saya yang lainnya, kalau memang dirasa akun saya tidak berfaedah bagi mereka, silakan diblokir tanpa saya akan marah sedikit pun di dunia nyata. 

Nah, ini masuk prinsip nomor tiga: kamu juga harus sadar bahwa tidak semua unggahan milik kamu adalah yang dibutuhkan oleh para pengikut akunmu.

Jadi, kalau pengikutmu ternyata mengurungkan niat untuk mengikuti kamu, ya, jangan baperan. Ojo nesu.

Perihal semacam ini saya sudah menyadari dua-tiga tahun belakangan, kalau tak semua teman-teman kita di media sosial punya konten, candaan, atau unggahan apapun di media sosial yang membuat nyaman.

Tapi saya juga tak berhak menyalahkan akun siapapun dan apapun di media sosial. Ya karena itu hak pemilik akun. Terlebih kalau saya sudah memutuskan untuk mengikutinya.

Kalau saya tak suka atau tak nyaman dengan konten mereka, mungkin saya bukan bagian dari 'segmentasi' konten tersebut. Maka, ya saya batalkan untuk terus mengikutinya.

Sebaliknya, segala konten unggahan saya mungkin bisa menjadi toxic bagi teman saya, pengikut saya, atau orang-orang lain. Atau mungkin mereka juga bukan bagian dari 'segmentasi', konten, atau jokes saya.

Namun, dibanding 'akun teman' ini ada hal yang jauh lebih toxic, kok. Yaitu akun official seperti berita atau konten temtamg politik, misalnya.

Beberapa akun berita ada yang saya golongkan toxic content. Biasanya, saya mengkategorikan akun berita yang toxic itu karena punya kecenderungan mengedepankan judul-judul bombastis ketimbang isinya yang, mohon maaf, tidak berguna sama sekali. Kayak akun berita... ya itulah, kamu tahu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun