Petrus yang menyangkal Yesus akhirnya dibuktikan oleh waktu, hingga 3 kali dia menyangkal bahwa tidak mengenal Yesus, hingga akhirnya ia sadar atas ucapan Yesus. "Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya." Matius 26:75
Yesus, yang tak bersalah, diserahkan kepada Pilatus atas desakan pemuka agama dan rakyat yang tersesat oleh amarah dan kebutaan rohani. Pilatus sendiri tidak menemukan kesalahan pada-Nya, namun demi meredakan kegaduhan, ia memilih membasuh tangan sebagai sebuah simbol penolakan tanggung jawab, meski darah Yesus tetap mengalir dari keputusannya.Â
Dalam diam yang penuh kuasa, Yesus menerima penghinaan, jubah ungu dikenakan sebagai olok-olok, mahkota duri ditancapkan, dan ludah para serdadu menghinaNya. Namun, tak satupun kebencian keluar dari mulutNya, yang ada hanya kasih yang terus mengalir, bahkan bagi para penghinaNya.
Lalu, Ia disalibkan di antara dua penjahat, di atas bukit Golgota. Tubuh-Nya yang berlumur darah ditopang oleh paku yang menembus tangan dan kaki. Dan dalam penderitaan tak terperikan, Yesus tetap tidak membalas. Ia malah berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Inilah kasih yang melampaui nalar manusia, kasih yang mendoakan musuh, kasih yang tidak menuntut balas, kasih yang menanggung dosa dunia.
Di saat terakhir, ketika langit menggelap dan bumi terguncang, ada satu peristiwa yang mengejutkan: kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut. Matius mencatat: "Melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, mereka menjadi sangat takut dan berkata: 'Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.'" (Matius 27:54)
Yesus tidak hanya mati. Ia menyerahkan nyawa-Nya. Lukas mencatat, "Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: 'Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.' Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya." (Lukas 23:46)
Jumat itu gelap, bukan hanya karena langit yang redup, tetapi karena dunia menyaksikan bagaimana kasih diperlakukan dengan kebencian. Namun, Jumat itu juga menjadi terang bagi semua manusia, sebab di tengah darah, peluh, dan air mata, kasih Allah bersinar paling terang.
Yesus tidak sekadar mati, Ia membuka jalan. Ia tidak sekadar disalibkan, Ia memikul dosa kita. Dan Ia tidak menyerah kepada kematian, Ia menyerahkan nyawaNya kepada Bapa dengan kasih yang sempurna. Di kayu salib, kita tidak hanya melihat penderitaan, namun kita melihat harapan, pengampunan, dan kehidupan yang baru.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI