Pada waktu itu berkumpullah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi di istana Imam Besar yang bernama Kayafas, dan mereka merundingkan suatu rencana untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan untuk membunuh Dia. Tetapi mereka berkata: "Jangan pada waktu perayaan, supaya jangan timbul keributan di antara rakyat." Matius 26:1-5
Penggalan dari ayat alkitab tersebut merupakan awal pembunuhan terhadap Yesus yang dilakukan oleh imam-imam besar, dan inilah yang kita peringati setiap tahunnya yaitu: "Peringatan Kematian Yesus di kayu salib", atau yang sering kita sebut Hari Jumat Agung. Rencana pembunuhan Yesus tidak lepas dari pengkhianatan seorang yang bernama Yudas Iskariot, satu dari dua belas murid Yesus yang menerima 30 puluh uang perak demi menjual Yesus pada imam-imam kepala.
Bayangkan, pengkhianatan datang dari seorang yang dianggap sebagai 'murid Yesus'. Mungkin kalau Tuhan adalah manusia biasa seperti kita, betapa tersayatnya hatinya, ketika dirinya harus dijual dan dibunuh bahkan oleh yang dianggapnya sendiri sebagai 'sahabat'. Relevansi dengan hari ini, maka yang dilakukan oleh Yudas Iskariot adalah sebuah pembunuhan berencana.Â
Kalau dikaitkan dengan hukum kita, selayaknya Yudas Iskariot seharusnya sudah dikenai pasal 340 KUHP yaitu: "Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun."
Selain pembunuhan rencana ala Yudas Iskariot, Tuhan juga melewati fase penyangkalan oleh Petrus. Sekalipun Petrus menjawab-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak." Matius 26:33 Â Namun, Yesus berkata kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."Â
Peristiwa selanjutnya yang dialami Yesus adalah saat imam-imam besar itu datang dengan pasukan yang lengkap dengan pedang dan pentung. "Pada saat itu Yesus berkata kepada orang banyak: Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku duduk mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku." Matius 26:55
Bayangkan, Tuhan Yesus yang suci saja didatangi dengan gerombolan yang berpakaian lengkap dengan senjata, padahal tiap-tiap hari Dia mengajar di Bait Allah. Maka, kontemplasi bagi kita di era sekarang bahwa mengikuti Yesus adalah sama seperti memikul salib, terlibat dalam penderitaan.Â
Jika kita lihat di masa sekarang, banyak gereja yang ditutup, dibakar, hingga dirusak oleh orang yang tidak bertanggung jawab, maka ini adalah bagian dari perjalanan Salib kita di era modern, bahwa kasih tidak selamanya dibalas dengan kasih. Namun, Tuhan berkata: "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." Matius 26:41
"Sesudah mereka menangkap Yesus, mereka membawa-Nya menghadap Kayafas, Imam Besar. Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan tua-tua." Matius 26:57 "Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati." Matius 26:59
Bayangkan Yesus yang suci dan tidak berdosa, harus dipaksakan bersalah, dipaksakan untuk harus dihukum, sekalipun dia tidak bersalah. Jika kaitkan dengan kenyataan dalam hukum kita, penderitaan yang dialami Yesus juga sampai saat ini masih banyak kita temukan di dalam masyarakat kita, bagaimana orang menjerit mencari keadilan, yang bersalah seolah benar, dan yang benar seolah bersalah.Â
Petrus yang menyangkal Yesus akhirnya dibuktikan oleh waktu, hingga 3 kali dia menyangkal bahwa tidak mengenal Yesus, hingga akhirnya ia sadar atas ucapan Yesus. "Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya." Matius 26:75
Yesus, yang tak bersalah, diserahkan kepada Pilatus atas desakan pemuka agama dan rakyat yang tersesat oleh amarah dan kebutaan rohani. Pilatus sendiri tidak menemukan kesalahan pada-Nya, namun demi meredakan kegaduhan, ia memilih membasuh tangan sebagai sebuah simbol penolakan tanggung jawab, meski darah Yesus tetap mengalir dari keputusannya.Â
Dalam diam yang penuh kuasa, Yesus menerima penghinaan, jubah ungu dikenakan sebagai olok-olok, mahkota duri ditancapkan, dan ludah para serdadu menghinaNya. Namun, tak satupun kebencian keluar dari mulutNya, yang ada hanya kasih yang terus mengalir, bahkan bagi para penghinaNya.
Lalu, Ia disalibkan di antara dua penjahat, di atas bukit Golgota. Tubuh-Nya yang berlumur darah ditopang oleh paku yang menembus tangan dan kaki. Dan dalam penderitaan tak terperikan, Yesus tetap tidak membalas. Ia malah berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Inilah kasih yang melampaui nalar manusia, kasih yang mendoakan musuh, kasih yang tidak menuntut balas, kasih yang menanggung dosa dunia.
Di saat terakhir, ketika langit menggelap dan bumi terguncang, ada satu peristiwa yang mengejutkan: kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut. Matius mencatat: "Melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, mereka menjadi sangat takut dan berkata: 'Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.'" (Matius 27:54)
Yesus tidak hanya mati. Ia menyerahkan nyawa-Nya. Lukas mencatat, "Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: 'Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.' Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya." (Lukas 23:46)
Jumat itu gelap, bukan hanya karena langit yang redup, tetapi karena dunia menyaksikan bagaimana kasih diperlakukan dengan kebencian. Namun, Jumat itu juga menjadi terang bagi semua manusia, sebab di tengah darah, peluh, dan air mata, kasih Allah bersinar paling terang.
Yesus tidak sekadar mati, Ia membuka jalan. Ia tidak sekadar disalibkan, Ia memikul dosa kita. Dan Ia tidak menyerah kepada kematian, Ia menyerahkan nyawaNya kepada Bapa dengan kasih yang sempurna. Di kayu salib, kita tidak hanya melihat penderitaan, namun kita melihat harapan, pengampunan, dan kehidupan yang baru.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI