Mohon tunggu...
Ia Dahlia Syahlan
Ia Dahlia Syahlan Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pemburu Ilmu Pengetahuan

Membaca adalah menerima. Menulis adalah berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Curhat pada Buku Diary

1 September 2021   22:29 Diperbarui: 2 September 2021   00:36 1811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Joanna Kosinska, Unsplash

Kehidupan itu unik, terkadang kita dibuat gembira, kemudian sedih. Hari ini menyebalkan, esok ternyata menyenangkan tanpa disangka. Banyak hal yang terjadi di hidup kita setiap detiknya. Ada saat di mana kamu ingin bercerita, atau sebatas berkeluh kesah tentang ketidakramahan dunia.

Media sosial menjadi salah satu wadah untuk kamu berkeluh kesah, eits! Hati-hati. Jika kamu berkeluh kesah di media sosial, maka itu artinya kamu membagi ceritamu kepada dunia. 

Tak jarang, di saat kamu merasa sedih, orang lain yang membaca kisah sedihmu malah tertawa. Bagaimana tidak, di media sosial kamu menulis...

"Bagaikan digergaji, hatiku patah. Bagaikan makan rayap, jiwaku rapuh. Teganya dirimu Bambang. Baru dua jam yang lalu kita jadian, kini aku kau hempaskan. Baru lima belas menit sembilan detik kau bilang akan mencintaiku seumur hidupmu, kini kau memutuskan hubungan ini. Jahat sekali kau Bambang, mengkhianati cintaku yang begitu tulus ini. Kamu jahat...kamu jaahattt".

Seringkali kita membutuhkan tempat untuk curhat. Bagi kamu yang punya sahabat, kamu bisa 1x24 jam menghubunginya untuk sekadar menjadikannya pendengar. 

Namun, tidak semua hal bisa kamu ceritakan padanya, kamu pun harus mengerti bahwa sahabatmu juga mempunyai dunianya sendiri, selain itu dia mungkin akan bosan mendengar curhatmu yang itu-itu saja. 

Bagaimana jika ketika kamu ingin curhat, suasana hati sahabatmu sedang buruk. Ya, tentunya kamu tidak bisa memaksa sahabatmu untuk selalu siap mendengarkan keluh kesahmu.

Lantas bagaimana? Apakah kamu harus mencurahkan segala isi hatimu di media sosial? Saran saya jangan.

Media sosial=media masyarakat, yang tertulis di media sosial adalah suatu berita atau informasi penting yang layak diketahui oleh masyarakat. Kalau kamu ingin curhat tentang si Bambang, maka curhatlah di media pribadi. Apa itu? Buku diary!

Kenapa harus curhat pada buku diary? Berikut 5 alasannya!

1. Buku diary adalah pendengar yang netral

Curhat pada benda hidup selalu berujung pada saling curhat. Sebetulnya, curhat adalah kegiatan di mana kita menyampaikan perasaan atau isi hati kita, tujuannya dapat sekadar untuk menenangkan hati, mencari solusi, atau memang hobi, eh!. Namun seringkali, ketika kamu curhat pada seseorang, kamu harus siap menjadi pendengar juga. Apa yang kamu curhatkan padanya pasti juga pernah menjadi bagian cerita dalam hidupnya.

A: "Jadi hari ini tuh aku sebel sama si Bambang, tau gak sihhh, masa kata dia makan ati itu sakit. Aneh kan! Padahal makan ati tuh hobi aku banget".

B: "Ih sama banget parah! Aku juga pernah kesel sama dia, masa katanya dikacangin tuh gak enak. Padahal tiap aku beli bubur, aku pengen dikacangin. Ih fixed no debat dia nyebelin! Eh, ada lagi, tau gak sihhhhh.............." Negara api pun menyerang.

Ujung-ujungnya kalian malah jadi ngegosip. Seharusnya curhat itu membuat hati kita menjadi tenang dan damai, bukan malah dikompori dengan curhatan lainnya.

 Apalagi kalau kamu curhat untuk meminta solusi. Minta solusi ke Mario Teguh, Merry Riana atau Mamah Dedeh sih bagus, bakal dapat solusi. 

Curhat ke sembarang orang bisa jadi fatal, karena terkadang banyak orang yang berpikir menurut caranya dan berpendapat berdasarkan subjektivitasnya.

A: "Ih aku tuh sebel banget sama si Bambang, masa dia bilang gigiku kuning, padahal kan ijo. Gimana ya caranya biar gak sebel lagi sama dia?".

B: "Sans ae lah tjoey. Gak perlu khawatir, aku punya langganan santet paling adjiep, sore ini kita datengin."

Alih-alih mendapat solusi, kamu malah mendapat dosa.

2. Buku diary memberi solusi tanpa bicara

Buku diary adalah benda mati, namun bisa memberi kamu solusi. Solusi tersebut sebetulnya berasal dari dirimu sendiri. Maksudnya? Begini, ketika kamu mulai menulis curahan hatimu, kamu akan berpikir sambil menulis. 

Misalnya, ketika kamu menulis tentang harimu yang menyebalkan, kamu akan dengan refleks berpikir sambil menulis "Nyebelin banget telat zoom hari ini, mana materinya tadi susah lagi, jadi gak ngerti deh gara-gara ketinggalan penjelasan. Besok bakal lebih awal deh masuknya."

3. Buku diary membuat curhatmu menjadi berkualitas

Curhatmu jadi berkualitas? Emang iya? Iya! Dengan curhat di buku diary, kamu akan dengan sendirinya berpikir untuk menuliskan suatu kejadian, secara lebih detail dan sistematis. 

Kamu akan berpikir untuk mengingat kembali semua yang kamu alami hari itu sambil menulis dan memilih kata yang tepat untuk menggambarkannya. 

Dengan menulis, kita dapat mengekspresikan seluruh isi hati dengan cara yang lebih baik. Ketika curhat pada benda hidup, kamu hanya akan bilang "Fixed sih, ketemu mantan tuh nyebelin!"

Di buku diary, kamu akan menuliskannya:

Sabtu, 04 September 2021

Hari ini aku kembali teringat pada seseorang yang pernah kukenal. Seseorang itu pernah singgah namun tak sungguh. Senyumnya masih seramah dulu. Orang itu pernah baik sebelum akhirnya mematahkan, pernah tulus sebelum akhirnya meninggalkan. Tadi siang tak sengaja aku menjumpainya. Ya, kini dia bersama kekasih barunya. Kini aku malah teringat kembali pada bayangnya, sungguh menyebalkan!

4. Buku diary melatih kemampuan menulismu

Seperti point di atas, buku diary melatih kemampuan menulismu. Bagaimana tidak, sebelum memulai, kamu akan memikirkan kosakata terbaik untuk kamu tuliskan. 

Setidakcintanya kamu dengan puisi, ketika menulis kamu akan menjadi penyair dadakan. Kamu akan menuliskan kata-kata puitis untuk mewakili curahan hatimu. Lebih sedih lebih puitis lagi.

Hal ini memberikan dampak positif bagi dirimu, selain bisa berekspresi, kamu pun bisa melatih kemampuan menulismu.

Bisa jadi, setelah kamu menulis di buku diary, tulisanmu yang sedih itu kamu ikut sertakan dalam lomba puisi, kemudian kamu pun menjadi penyair hebat dan cerita sedih tentang mantanmu itu bisa kamu jadikan sebagai referensi dan sumber inspirasi untuk puisi-puisi selanjutnya. Gak mustahil loh! Banyak penyair hebat yang menulis puisi berdasarkan pengalaman pribadinya.

5. Buku diary menjamin kerahasiaanmu

Ini yang paling penting. Buku diary adalah benda mati yang tidak akan membocorkan ceritamu sedikit pun. Jadi kamu tidak perlu khawatir untuk menuliskan apapun di dalamnya.

Begitu guys! Itulah 5 alasan kenapa kamu harus curhat pada buku diary. Semoga bermanfaat ya. Mari kita menulis di buku diary sekarang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun