Mohon tunggu...
Den Ciput
Den Ciput Mohon Tunggu... Penulis - I'm a writer...

Just Ordinary man, with the Xtra ordinary reason to life. And i'm noone without God.. http://www.youtube.com/c/ChannelMasCiput

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Seharusnya Saat Itu RIM Membangun Server dan Pabrik Blackberry di Indonesia

6 Desember 2018   00:45 Diperbarui: 7 Desember 2018   16:42 3509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 2011 Badan Regulasi dan Telekomunikasi Indonesia menghimbau RIM (Research In Motion) selaku produsen Blackberry untuk membangun server dan pabrik di Indonesia.

Tapi Blackberry (RIM), dengan berbagai alasan abai terhadap imbauan pemerintah Indonesia tanpa menyadari betapa besar potensi Indonesia dalam pertumbuhan pengguna Internet yang salah satunya, bisa diakomodasi oleh ponsel Blackberry.

Blackberry hanya mematuhi salah satu desakan Pemerintahan Republik ini, yaitu membangun perwakilan. Tak dijelaskan perwakilan apa yang dimaksud. Apakah itu perwakilan distributor, perwakilan customer service, atau perwakilan apa.

Akhirnya RIM malah membangun server di Singapura. Orang bilang, jatuhnya Blackberry dilibas para kompetitor, karena Blackberry "kualat" sama Indonesia. Bagaimana tidak, per tahun 2017 saja masih ada sekitar 60 juta pengguna BBM aktif di Indonesia! Pengguna terbanyak di Asia tenggara adalah Indonesia. Tapi malah bangun Servernya di Singapura.

Memang sih, BBM bisa dipasang lintas platform. Bisa Android maupun iOs, dan tentu saja ponsel dengan sistem operasi Blackberry. Tapi menurut opini pribadi saya, BBM-an lebih asyik di Blackberry. Masalahnya ponsel Blackberry dengan OS Blackberry sudah out of date. (Sekarang beredar Ponsel Blackberry dengan Platform Android)

Foto: Blackberry Bellagio (Koleksi Pribadi)
Foto: Blackberry Bellagio (Koleksi Pribadi)
Angka yang saya tulis di atas bukan angka sembarangan. Ini menunjukkan betapa besar ceruk pasar Messenger fenomenal ini di Indonesia. Bandingkan dengan penduduk Singapura yang pada tahun 2017 hanya sekitar 5,612juta jiwa. Bahkan tidak ada sepersepuluh dari pengguna BBM aktif di Indonesia.

Mungkin yang luput dari pengamatan RIM adalah, bahwa penduduk Indonesia sangat suka messenger. Penduduk Indonesia suka berkomunikasi dengan messenger untuk berbagai keperluan. Mulai dari urusan kantor, keluarga, atau sekedar chit-chat alias ngerumpi! Ini yang seharusnya jadi perhatian RIM, bahwa penduduk Indonesia suka ngerumpi.

Malahan sekarang debat politik lebih sering dilakukan di ranah dunia maya daripada di warung kopi. Dan untuk urusan satu ini (debat politik), di tahun-tahun politik seperti ini, jumlahnya meningkat tajam. Kita bisa bayangkan, seandainya Blackberry masih bisa bersaing, tentu akan mengalami kenaikan penjualan yang signifikan.

Tidak seperti penduduk Singapura yang sangat sibuk kerja. Saya tidak tahu berapa besar jumlah pengguna BBM di Singapura, tapi kalau dilihat dari karakter penduduknya, saya yakin tidak sampai 10% pengguna BBM di Singapura.

Warga Singapura tidak suka basa-basi. Tidak suka ngerumpi. Mereka suka kerja, disiplin, karena segala pajak mahal di sana. Maka wajar kalau saya punya perkiraan seperti itu.

Awal-awal di pasarkan di Indonesia Blackberry laris manis. Bahkan di tiap peluncuran seri terbaru, selalu ada daftar antrean panjang. Ada yang sampai menginap demi menjadi yang pertama menggunakan Blackberry. Waktu itu pada peluncuran Blackberry Bellagio.

Lantas kenapa RIM enggan mambangun Server di Indonesia? Menurut sumber yang layak dipercaya, mereka ragu dengan Kesiapan Indonesia kalau misalnya RIM membangun Server dan pabrik di sini. Kesiapan dalam hal apa, Deddy Avjanto selaku ketua IdBerry (Pembuat Theme Blackberry pertama di Dunia), mengatakan, " Infrastruktur belum memadai," Itu yang diucapkan kepada Detik dotcom pada 15 Desember 2011.

Mungkin ada beberapa, atau sebagaian kecil orang Indonesia, yang berpikir secara idealis, bahwa dia mengganti perangkat Blackberry demi alasan nasionalisme. Karena alasan Blackberry tidak mau membangun fasilitas server dan pabrik di Indonesia. Saya termasuk salah satu orang seperti yang saya tulis barusan.

Buat apa pakai Blackberry, memperkaya negeri orang saja. Jualannya lebih banyak di sini, tapi tidak mau bangun server dan pabrik di sini. Coba kalau mau bangun pabrik di sini, tentu bisa menyerap banyak lapangan pekerjaan kan? Tentu bisa menyelamatkan urusan perut ribuan warga negara ini, kan?

Selebihnya saya meninggalkan Blackberry karena alasan teknis. Karena ada yang lebih canggih, murah, dan menyenangkan.

Saya masih bingung dengan pernyataan bahwa Indonesia belum siap secara infrastruktur untuk bisa membangun pabrik Blackberry. Infrastruktur seperti apa?

Lha wong pembuat Theme Blackberry pertama di dunia ya di Indonesia kok. Lha wong Samsung saja bisa membuat pabriknya di sini kok. Apanya yang belum siap?

Waktu itu bahkan pihak BRTI (Badan Regulasi dan telekomunikasi Indonesia) menuding pihak RIM hanya menjadikan Indonesia sebagai obyek market (ponsel) Blackberry. Nurut saya ya memang seperti itu adanya! Nggak kurang, nggak lebih.

Tanpa mereka sadari, ancaman yang datang dari pabrikan ponsel berbasis Android yang diam-diam mulai merangsek menggerogoti pasar ponsel berbasis Blackberry di negeri ini.

Ponsel Android yang lebih user friendly, lebih menyenangkan dengan tampilan antar muka yang jauh lebih menarik dari Ponsel-ponsel blackberry ,membuat pengguna mulai beralih pilihan.

Lambat tapi pasti, Blackberry seolah tinggal kenangan. Walau pada akhirnya Blackberry harus 'menyerah' dengan membuat ponsel bersistem operasi Android, masyarakat tetap bergeming.

Mungkin secara teknis, blackberry 'lengah', hingga membiarkan Android memasuki pangsa pasar yang telah dibangunnya sejak tahun 2004. Belum lagi serangan dari iPhone.

Pada tahun 2013 akhirnya Backberry merilis OS baru yang disebut OS 10 yang mereka bilang revolusioner. Tampilan antar muka tak kalah dengan dua kompetitor utamanya, yaitu Android dan iOs. Tapi tetap saja kalah jualan.

Pada tahun itu pula Blackberry merilis Blackberry Z3 dengan Nickname 'Jakarta', tapi pengguna Indonesia tak banyak yang tertarik.

Meskipun dikasih nama sangat Indonesia. Mungkin para petinggi RIM mengira kita akan tergoda rayuannya dan akan membeli Z3 Jakarta karena akan menggugah rasa nasionalisme kita. Karena mereka berpikir, bahwa dengan membeli Z3 Jakarta akan menunjukkan nasionalisme kita, menunjukkan kecintaan terhadap barang buatan negeri sendiri.

Mungkin saja mereka menilai kita sebodoh itu. Kalau hanya masalah nama nasional, pernah juga ada Mobnas yang diimpor utuh dari Korea kok. Kita semua tahu itu. Dan kita cukup pintar menyikapi hal-hal kayak gini.

Karena kita juga tahu, bahwa Blackberry diimpor secara utuh oleh distributornya dari negara-negara yang ditunjuk (dipercaya) oleh RIM untuk membuat ponsel Blackberry.

Yang jelas Indonesia bukan salah satu negara yang ditunjuk, dan RIM tidak memberi kontribusi apapun terkait penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Itu saja.

Menurut saya, Blackberry "menuai" apa yang telah dilakukannya. Nggak mungkin menabur di ladang sempit akan menuai hasil yang besar. Betul?

Kualat? Bisa jadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun