Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Bachtiar
Muhammad Yusuf Bachtiar Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Pergaulan terhadap Pembentukan Karakter Anak dan Remaja

20 April 2021   16:15 Diperbarui: 20 April 2021   16:35 4468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

FITK UIN Walisongo

Nama: Muhammad Yusuf Bachtiar

NIM: 1903016101

Kelas: PAI 4 C 

PENDAHULUAN

Karakter hakikatnya adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk menjalankan kehidupan sehari-hari. Karakter yang baik tentu merupakan hal yang wajib dimiliki oleh seluruh manusia termasuk mahasiswa yang berada di perguruan tinggi sebagai modal awal dalam menjalani kehidupan sosial (Negara, 2020 : 48). Pada setiap anak pasti memiliki karakter yang berbeda antara satu dengan yang lain karena mereka pasti memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda. 

Pembentukan karakter pada anak sendiri bergantung pada beberapa faktor seperti faktor lingkungan pergaulan serta yang paling utama adalah dari lingkungan keluarga anak tersebut, karena bagaimanapun juga pembentukan karakter anak paling utama adalah dari lingkungan keluarganya. Sudah selayaknya orang tua harus mampu meningkatkan karakter anak dengan selalu memperhatikan moral serta mendengarkan pendapat dari anak mereka. Dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan pendapatnya, anak akan merasa dihargai, serta anak akan merasa tidak takut unruk menyampaikan pendapatnnya. Apabila hal semacam ini terus diterapkan akan membuat anak lebih percaya diri, dan anak akan belajar menghargai orang lain seperti apa yang diajarkan oleh orangtuanya.

Selain pola asuh orang tua yang tidak bisa dipisahkan dari karakter anak, teman sebaya juga berperan dalam pengembangan karakter anak. Dengan adanya hubungan yang baik antara teman sebaya akan menumbukan rasa saling memiliki dan menghargai. Teman sepergaulan dapat menumbuhkan rasa sikap saling menghargai dan menghormati satu sama lain dengan menjunjung tinggi nilai kejujuran yaitu dengan mengungkapkan perasaan secara tegas, lugas, tidak melanggar hak-hak asasi manusia, dan tanpa menyakiti perasaan orang lain ketika hal itu diperlukan oleh seorang individu di dalam hubungannya dengan yang lain. (Negara, 2020 : 49).

PEMBAHASAN

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

Pendidikan merupakan suatu proses ketika kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) hendak dikembangkan secara terus menerus. kemampuasn merupakan faktor dasar, sedangkan kemampuasn yang diperoleh merupakan faktor sebagai konsekuensi daqri interkasi individu dengan lingkungannya. Faktor pertama dalam terminologi para psikolog dikenal dengan istilah "potensi bawaan" (heredity), sedangkan faktor kedua dinamakan deng "lingkungan" (environment) (Baharuddin, 2010 : 66).

Persoalan mengenai faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, dirumuskan oleh para ahli dengan jawabn yang bermacam-macam. Pendapat yang bermacam-macam itu pada pokoknya dapat di golongkan menjadi tiga golongan, yaitu pendapat para ahli yang mengikuti aliran nativisme, empirisme, dan konvergensi (Baharuddin, 2010 : 66).

  • Nativisme

Para ahli yang mengikuti aliran nativisme berpendapat bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Natus berarti lahir, perkembangan individu semata-mata bergantung tergantung dari pembawaannya. Menurut teori ini, pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Pandangan seperti ini disebut dengan "Pesimisme Paedagogis".

Dikatakan bahwa aliran ini bersifat pesimistis karena tanpa membutuhkan peran pendidikan. Sejak zaman dahuli hingga sekarang, orang berusaha mendidik generasi muda karena pendidikan merupakan suatu hal yang perlu dan urgen unyuk dilakukan. Konsep nativisme tidak dapat menjadi aliran karena pengaruh lingkungan dan pendidikan dianggap tidak ada. Para ibu, guru, dan orang tua tidak perlu mendidik anak-anak karena tidak ada gunanya, tidak dapat memperbaiki keadaan yang tersedia menurut dasar.

  • Empirisme

Aliran ini bertentangan dengan aliran nativisme. Jika pengikut aliran nativisme berpendapat perkembangan itu semta-mata terdapat pada faktor dasar, maka pengikut aliran empirisme berpendapat bahwa perkembangan itu semata-mata berasal dari faktor lingkungan. Tokoh utama aliran i ni adalah Jhon Locke (1632-1704). Doktrin aliran empirisme terkenal dengan teori "tabula rasa". Doktrin tabula rasa ini menekankan pentingnya arti pengalaman , lingkungan dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung dari lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat serta pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Aliran ini telah memunculkan "optimisme paedagogis".

  • Konvergensi

Aliran ini merupakan gabungan antara aliran empirisme dan aliran nativisme yang menggabungkan arti nereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia. Tokoh utama konvergensi yang bernama Louis William Stern (1871-1938) menganggap bakat sebagai kemungkinan yang telah ada pada masing-masing individu dapat dikembangkan apabila ditunjang dengan pengaruh lingkungannya. Bakat yang sudah ada sebagai kemungkinan jika mendapat penharuh lingkungan yang serasi, belum tentu dapat berkembang, kecuali bakat itu sudah matang. Oleh karena itu yang perlu dipertimbangkan adalah kematangan. Dalam pendidikan, kematangan ataupun kondisi fisik akan memperoleh pengakuan sosial apabila individu yang bersangkutan mengusahakn social learning (belajar berinteraksi dengan orang lain atau kelompok serta menyesuaikan diri dengan nilai-nilai serta minat kelompok) (Baharuddin, 2010 : 66-69).

Kematangan dalam belajar melibatkan faktor bersama-sama yang membentuk readiness, yaitu:

Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis, termasuk kelengkapan pribadi tubuh, alat-alat indra, kapasitas intelektual.

Motivasi: menyangkut kebutuhan, minat, serta tujuan-tujuan individuuntuk mempertahankan serta mengembangkan diri.

Kedua hal di atas merupakan potensi peserta didik yang memungkinkan dirinya bebas memilih antara mengikuti atau menolak sesuatu dari stimulus lingkungan tertentu yang hendak mengembangkan dirinya. Tinggi rendahnya mutu hasil perkembangan peserta didik terdiri dari dua faktor:

Faktor intern, yaitu faktor yang ada dalam diri peserta didik yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya.

Faktor ekstern: faktor yang kaitannya dengan hal-hal yang datang dari luar diri siswa baik lingkungan, pendidikan, dan pengalaman yang dilaluinya dalam berinteraksi dengan lingkungan (Baharuddin, 2010 : 69).

2. Prinsip-Prinsip Perkembangan Manusia

  • Menurut William Stern

Ia berpendapat bahwa bukanlah unsur yang menjadi titik pangkal perkembangan jiwa. Melainkankesatuan kehidupan pribadi yang bekerja sendiri. Lebih jelasnya, bahwa person / pribadi seseorang secara utuh itulah yang menentukan jalannya perkembangan dan bukam fungsi jiwa yang terpisah-pisah, atas pandangan inilah, W. Stern akhirnya memunculkan teori konvergensi.

  • Menurut J.L Moreno

Moreno memiliki keudukan yang khas dalam sejarah psikologi perkembangan. Dia menolak adanya pandangan bahwa kehidupan anak-anak itu semata-mata tergantung pada kenyataan diri mereka yang masih lemah dan pengaruh lingkungan. Sebaliknya menurut Moreno bahwa ada kesempatan bagi setiap anak untuk memilih sendiri jalan perkembangannya.

  • Menurut Jean Piaget

Piaget adalah orang yang paling banyak memperhatikan perkembangan anak-anak hingga usia 7 tahun. Ia memandang setiap anak terdapat dua faktor, yaitu pengenalan dan perasaan. Keduanya berguna untuk penyesuaian ruhani lingkungan.

  • Menurut Montessori

Menurutnya, tiap fase perkembangan itu mempunyai arti biologis. Kodrat alam mempunyai rencana tertentu berdasarkan dua asas yaitu:

Asas kebutuhan vitas, terkenal dengan masa peka.

Asas kesibukan.

Perkembangan jiwa tidak harus dipahami sebagai perkembangan fungsi-fungsi yang saling memengaruhi satu sama lainnya, tetapi harus dimengerti sebagai perwujudan dari suatu rencana tempat kekuatan jasmani-ruhani dalam struktur yang berurutan memperoleh pelajaran (latihan) yang penting untuk pembentukan yang tetap.

  • Menurut J.B Watson dan Pavlov

Keduanya menyatakan bahwa perkembangan itu pada hakikatnya merupakan kumpulan dari sejumlah refleks yang karena sudah terlatih sedemikian rupa hingga akhirnya mebentuk tingkah laku seseorang yang bersifat konstan atau bisa diartikan sebagai gerak spontan yang bersifat otomatis.inilah yang menurutnya disebut dengan refleks wajar yang masih murni, yang asli dibawa sejak lahir (Baharuddin, 2010 : 70-71).

3. Pembahasan Masalah

Dari permasalahan yang dibahas pada bagian pendahuluan yaitu bahwa pembentukan karakter baik anak maupun remaja di pengaruhi oleh beberapa faktor salah satu faktornya adalah lingkungan yaitu berupa pergaulan mereka dimana hal tersebut sesuai dengan aliran perkembangan empirisme. lingkungan serta pendidikan dalam arti perkembangan manusia semata-mata bergantung dari lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat serta pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada berpengaruh terhadap perkembangannya.

Kesalahan dalam pergaulan dapat menyebabkan permasalahan yang serius bagi remaja. Hal ini dikarenakan remaja secara psikologis sangat rentan dalam menghadapi segala sesuatu dari luar. Masa remaja adalah masa dimana para remaja menemukan identitas atau pencarian identitas diri mereka.

Pola pergaulan remaja akan sangat menentukan perkembangan fisik dan mental remaja Semakin banyaknya remaja yang terjerembab pergaulan bebas mengharuskan orang tua dan praktisi pendidikan mengatur pergaulan anak-anaknya. Orang tua dan pendidik perlu menyediakan lingkungan pergaulan yang sehat serta baik bagi pergaulan anak. Karena, pembentukan jati diri yang utama adalah lingkungan. Kondisi lingkungan yang sehat akan melahirkan remaja yang sehat pula, sebaliknya lingkungan yang kurang sehat akan membentuk pribadi remaja yang kurang sehat. Lingkungan yang kurang baik juga bisa menjerumuskan remaja kepada pergaulan bebas seperti seks bebas, narkoba, dan minum-minuman keraas. Remaja yang seperti ini rata-rata dialami oleh remaja yang kurang perhatian serta pengawasan terutama dari orang tua. Remaja membutuhkan perhatian serta kasih sayang dari keluarga terutama kedua orang tua, selain itu keluarga dekat, teman-teman dan lingkungan sekolah. Perhatian dan kasih sayang sangat di perlukan untuk menciptakan remaja tersebut tidak merasa kurang kasih sayang, sehingga remaja tersebut merasa senang/bahagia (Ihsan, 2016 : 116).

Dalam hal pergaulan yang sehat, anak-anak dan remaja sebisa mungkin tidak terjebak dalam dua kutub yang eksstrem, yaitu terlalu menutup diri atau terlalu bebas. Sebaiknya  lebih di tekankan kepada hal yang positif, seperti untuk mempertegas eksistensi diri atau guna menjalin persaudaraan serta menambah wawasan. Dalam pergaulan yang sehat, anak-anak dan remaja setidaknya saling menyadari bahwa semua orang saling membutuhkan dan tidak merasa paling benar. Seperti yang dapat diketahui setiap manusia pasti akan membutuhkan manusia lain karena manusia adalah makhluk sosial. Keadaan ini harus disadari supaya tidak menjadi manusia yang egois. Dalam konteks pergaulan sehat, hubungan hendaknya dibangun untuk memberikan nilai kebaikan bagi kedua belah pihak. Hubungan yang baik adalah hubungan yang saling menguntungkan. Setiap orang tidak ingin dirugikan. Ini adalah salah satu dasar pergaulan sehat. (Ihsan, 2016 : 117).

Pergaulan yang baik menuntut rasa saling menghormati dan menghargai. Mengahargai dan menghormati orang lain bisa dilakukan dengan banyak hal seperti menghargai dan menghormati pendapat orang lain, menghargai dan menghormati kebiasaan dan perilaku orang lain, menghargai dan menghormati adat istiadat orang lain, menghargai dan menghormati cara berpikir orang lain dan sebagainya (Ihsan, 2016 : 117).

PENUTUP

Faktor-faktor perkembangan serta pertumbuhan umunya di bagi menjadi tiga yaitu: nativisme (bawaan sejak lahir), empirisme (lingkungan), serta konvergensi (gabungan).

Pola pembentukan karakter pada anak dan remnaja di sebabkan oleh faktor lingkungan baik itu lingkungan keluaraga, maupun lingkungan sepergaulan. Perhatian serta pengawasan dari orang tua memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan karakter anak dan remaja, selain itu pengaruh lingkungan pergaulan juga turut andil besar dalam perkembangan khususnya pada masa remaja, apabila lingkungan pergaulannya baik maka akan menjadi pribadi yang baik pula, sebaliknya apabila lingkungan pergaulannya kurang baik akan berdampak buruk bagi perkembangannya.

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin. 2010. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Ar-

Ruzz Media.

Ihsan, masykur. 2016. Pengaruh Terpaan Media Internet Dan Pola Pergaulan 

Terhadap Karakter Peserta Didik. Tsamrak Al-Fikri. 10.

Negara, Ni Kadek Ratna. Dan M. Goreti Rini Kristiantari. 2020. Pengaruh Pola 

Asuh Autoritatif Orang Tua Dan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Pembentukan Karakter. IVCEJ. 3 (1).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun