Loa Kulu, Samarinda -- Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kembali menunjukkan perannya sebagai tulang punggung ekonomi masyarakat. Kali ini, kisah sukses datang dari Desa Loa Kulu Kota, Kabupaten Kutai Kartanegara, melalui program pengabdian masyarakat yang digagas Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) dengan pendanaan oleh DPPM Kemendiktisaintek No Kontrak Induk Dikti 128/C3/DT.05.00/PM/2025 dengan tim pengabdian Andri Tria Raharja selaku Ketua, sedangkan anggota: Sri Wahyuni Jamal, Jeane Betty Kurnia Jusuf, Jumarin dan Emilia Wardani. Â
Program bertajuk Pengembangan Usaha Kue FABON (Fross Roll Abon, Nikmat dan Oke) itu berhasil mendorong Dasawisma Seroja RT.007 mengembangkan produk kuliner khas berbahan dasar abon ikan. Dengan dukungan pelatihan, pendampingan, hingga bantuan peralatan produksi modern, kapasitas produksi FABON melonjak signifikan. Jika sebelumnya hanya mampu menghasilkan 50--70 potong per hari, kini produksi mencapai 180 potong per hari. Peningkatan ini juga berdampak langsung pada omzet yang naik sekitar 30 persen.
Ketua tim pengabdian, Dr. Andri Tria Raharja, M.Pd., menuturkan bahwa program ini lahir dari kebutuhan riil masyarakat. "Awalnya mitra mengalami keterbatasan alat produksi, kualitas produk tidak konsisten, dan pemasaran masih konvensional. Melalui program ini kami memperkenalkan SOP produksi, memberikan pelatihan inovasi produk, hingga penguatan branding agar FABON memiliki daya saing di pasar yang lebih luas," jelasnya.
Langkah konkret yang dilakukan antara lain pengadaan mixer berkapasitas besar, oven listrik otomatis, dan mesin proofer. Kehadiran peralatan ini membuat proses produksi lebih cepat, higienis, dan hasil produk lebih seragam. Sementara dari sisi pemasaran, tim membantu desain logo, kemasan, hingga tagline "Nikmat dan Oke" yang kini melekat pada FABON.
Tidak hanya itu, pemasaran digital juga mulai digarap serius. FABON kini hadir di media sosial seperti Instagram dan Facebook, dengan konten promosi yang lebih menarik. Bahkan, anggota Dasawisma Seroja yang mayoritas ibu rumah tangga dilatih langsung membuat foto produk, video pendek, hingga mengelola interaksi dengan konsumen secara daring.
Halimah Tusakdiah, penanggung jawab Dasawisma Seroja, mengaku sangat terbantu dengan program ini. "Dulu kami hanya menjual dari mulut ke mulut. Sekarang, produk kami sudah bisa dipesan lewat media sosial dan makin dikenal. Produksi pun lebih cepat dengan alat baru. Kami optimis FABON bisa jadi usaha andalan warga," katanya penuh semangat.
Peningkatan kapasitas ini tidak hanya berdampak pada ekonomi rumah tangga, tetapi juga membuka peluang kerja baru bagi warga sekitar. Semakin banyaknya permintaan membuat usaha FABON membutuhkan tenaga tambahan, sekaligus menjadi wadah pembelajaran kewirausahaan bagi generasi muda desa.
Program pengabdian masyarakat ini juga selaras dengan visi pembangunan daerah, yakni penguatan UMKM berbasis potensi lokal. "FABON adalah contoh nyata bagaimana kolaborasi perguruan tinggi dan masyarakat mampu menciptakan inovasi kuliner sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga," tambah Dr. Andri.