Mohon tunggu...
Rio Estetika
Rio Estetika Mohon Tunggu... Freelancer - Dengan menulis maka aku Ada

Freelancer, Teacher, Content Writer. Instagram @rioestetika

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Selekta Kisah Oemar Bakrie Milenial

25 November 2019   20:34 Diperbarui: 25 November 2019   20:36 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi. Sumber: mediasiar.com

Ia berpikir bahwa dunia tidak berpihak pada pendidikan dan dirinya. Logikanya mulai bermain untung dan rugi. Sunaryo mulai khawatir dengan urusan masa depan ekonominya. "Rasane ora adil, bener omongane pak Agung kae pabrik figur, artis, lawak sing kadang ngrusak moral digaji serius. Lha aku  sing kerja serius didik anak, minterke anak digaji guyon", ("Rasanya tidak adil, benar kata Pak Agung, mereka pabrik figur, artis, pelawak yang merusak moral digaji serius.

Sedangkan saya bekerja serius mendidik anak, membuat anak pintar digaji lelucon"), gumam Sunaryo sambil memikirkan keadaannya kini. Ia bingung dengan kondisinya sekarang, semangat dan idealismenya dulu kian runtuh dengan egoisme dan mindside negatifnya.

"Allahu Akbar...Allahu Akbar!" , adzan Isya' berkumandang. Sunaryo berpikir untuk shalat di masjid. Ia berpikir mungkin dengan shalat di masjid hatinya akan tenang dan Allah memberikan pencerahan terhadap kondisinya kini. Sunaryo memutuskan untuk mencari masjid dengan suasana berbeda, kemudian ia pergi ke Masjid Al-Ikhlas di kampung Dipotrunan tak jauh dari tempatnya tinggal yang mana masjid tersebut adalah masjid baru yang telah diresmikan beberapa waktu lalu. Iqomah pun dikumandangkan namun imam belum datang, Sanaryo pun didorong muadzin untuk menjadi imam. Dengan kegundahan di dalam hatinya Sunaryo akhirnya menjadi imam shalat Isya' pada waktu itu menggantikan imam tetap yang tak datang.

Ba'diyah shalat Isya' seorang bapak menghampiri Sunaryo memintanya mengajari ngaji. Karena menurut bapak tersebut ngajinya Sunaryo bagus ketika mengimami tadi. Akhirnya, Sunaryo dan bapak tersebut mulai berusaha saling mengenal sebagai ikhwal baik bahwa Sunaryo setuju mengajarinya ngaji.

Bapak tersebut mengenalkan namannya sebagai Sutono. "Nak, perkenalkan saya Sutono biasa dipanggil Pak Tono," seraya menyodorkan tangan untuk berjabat tangan. "Saya Sunaryo panggil saja Aryo, membalas jabat tangan Pak Tono.

"Nak Aryo saya itu cuma sekolah tamat SD dan saya ini sudah 56 tahun, tapi saya pengin bisa baca Al Quran dengan baik dan benar. Jadi, minta tolong saya diajari. Saya sudah belajar pakai metode Tsaqifa sampai halaman 28." kata pak Tono dengan suara iba. "Baiklah bapak kita langsung saja mulai. Saya beri contoh cara membacanya nanti bapak tirukan", pungkas Sunaryo. Pelan-pelan Sunaryo mengajari pak Tono mengucapkan huruf-huruf hijaiyah sembari mengoreksi kesalahan makhorijul huruf yang diucapakan oleh pak Tono. Tiga puluh menit berselang, Sunaryo mulai melihat raut wajah lelah pak Tono. "Pak, sebaiknya belajar ngajinya kita sudahi dulu bapak terlihat lelah", pinta Sunaryo. Pak Tono pun  mengikuti saran Sunaryo untuk berhenti.

"Wah, ternyata sulit sekali nak Aryo," keluh Pak Tono. "Sabar pak, pelan-pelan Insya Allah diberi kemudahan", ucap Sunaryo sembari menghibur. "Insya Allah nak, walaupun bapak ini cuma lulusan SD dan sudah tua begini nak, tapi bapak pengin bisa baca Al Quran supaya bisa mendidik anak-anak lebih baik.", ungkap pak Tono.

Dari sinilah pak Tono mulai menceritakan dirinya dan proses kehidupannya kepada Sunaryo. Hal ini membuat Sunaryo heran, karena dirinya tidak meminta pak Tono menceritakan dirinya. Sebagai bentuk rasa hormat, Sunaryo pun mendengarkan cerita pak Tono.

"Nak, bapak ini tamatan SD tapi bapak gak mau putus asa belajar baca Al Quran. Bapak ingin jadi teladan anak-anak supaya mereka dekat dengan Islam dan Al Quran nak. Soal pendidikan, alhamdullillah anak-anak bapak bisa sekolah lebih baik. Anak pertama alhamdulillah sekolah di pondok dan sudah hafal 10 Juz, ketika musim liburan dia yang ngajari bapak ngaji. Dan anak kedua bapak mau masuk Madrasah Aliyah.

Soal didik anak saya gak neko-neko nak, semisal anak minta dibepikan handphone seperti teman-temannya, saya bisa bilang, "Bapak ini pengin kamu fokus belajar ilmu agama, karena cuma itu yang bisa bapak berikan". Ya alhamdulillah anak-anak bisa nurut. 

Saya bilang kepada anak kedua. "penghasilan bapak sehari 17.500 dengan uang segini bapak cuma bisa nyekolahkan kamu di MA kamu mau ya le.., kalo kamu usaha belajar dan dekat Allah nanti kamu dipenterkan Allah, lha dengan pintermu kamu bisa ngubah naibmu dan keluarga kita". Bapak ngajarkan anak-anak untuk prihatin benar", pungkas Pak Tono mengakhiri ceritanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun