Dalam pemahaman de Mello, kebebasan tidak hanya merujuk pada kemerdekaan dari penghalang-penghalang eksternal, tetapi juga kebebasan dari batasan-batasan internal seperti ketakutan, keraguan, atau kecemasan. Hanya ketika manusia membebaskan dirinya dari pembatasan-pembatasan ini, mereka dapat mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang cinta yang sejati. Ini menegaskan bahwa cinta yang hakiki tidak bisa terikat oleh kondisi-kondisi tertentu atau keinginan-keinginan yang berlebihan, melainkan merupakan hasil dari keadaan batin yang bebas dan terbuka.
Kebebasan juga melibatkan kemampuan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya, tanpa berusaha untuk mengontrol atau mengubah mereka sesuai dengan keinginan kita sendiri. Ini membutuhkan keterbukaan dan ketulusan yang dalam dalam hubungan, serta kesediaan untuk memberikan ruang bagi pertumbuhan dan perkembangan individu masing-masing.Â
Dengan demikian, kebebasan dalam cinta tidak hanya mencakup pembebasan diri dari segala macam pembatasan, tetapi juga pengakuan dan penghargaan terhadap kebebasan dan keunikan orang lain.
Menghadapi Tantangan dalam Kehidupan Manusia: Pembelajaran dari Tiga Hal yang Tersulit
De Mello juga menyoroti tiga hal yang dianggapnya sebagai tantangan terberat bagi manusia. Pertama, adalah kesulitan membalas kebencian dengan cinta. Hal ini menuntut kesabaran, pengertian, dan kemampuan untuk melampaui dendam dan balas dendam.Â
Kedua, adalah kesulitan merangkul yang disisihkan, yang membutuhkan keberanian untuk memandang orang yang berbeda atau terpinggirkan dengan penghargaan dan empati. Terakhir, adalah kesulitan untuk mengakui kesalahan kita sendiri. Ini melibatkan ketulusan untuk memperbaiki diri, belajar dari kesalahan, dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Dalam keseluruhan, ajaran-ajaran Anthony de Mello mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepedulian terhadap orang lain, serta tantangan-tantangan yang mungkin dihadapi dalam perjalanan hidup manusia.