Mohon tunggu...
H. Alvy Pongoh
H. Alvy Pongoh Mohon Tunggu... Konsultan - Traveller & Life Learner

I am a very positive person who love to do the challenge things and to meet the new people. I am an aviation specialist who love to learn, share, discuss, write, train and teach about aviation business and air transport management.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Berdamai dengan Covid-19

16 Mei 2020   13:00 Diperbarui: 16 Mei 2020   12:53 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: covid19.kemkes.go.id

Pandemi Virus Corona atau Covid-19 di Indonesia diawali dengan temuan penderita penyakit Covid-19 di Kemang, Jakarta pada tanggal 2 Maret 2020.  Sejak saat itu Covid-19 yang berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) itu pun merebak dan menyebar ke seluruh wilayah Republik Indonesia (RI).

Dalam jangka waktu sekitar 2 bulan & 2 minggu penyakit Covid-19 itu sudah menyebar ke 34 Provinsi seluruh Indonesia. Merujuk pada data Pemerintah RI terkait penularan Covid-19 sudah hampir 75 persen (74.51 persen) dari keseluruhan 514 kabupaten/kota yang ada di Indonesia telah terdampak Covid-19.

Data Pemerintah RI per tanggal 15 Mei 2020 jumlah kasus Covid-19 yang terkonfirmasi sebanyak 16.496, kasus yang pulih sebanyak 3.803 dan jumlah kematian sebanyak 1.076 (atau 6,5% tingkat kematian). Bila dibandingkan dengan tingkat kematian akibat Covid-19 di wilayah Asia Tenggara sebesar 3,3%, tingkat kematian di Indonesia tersebut hampir 2 kali lipat. Namun hanya selisih sedikit dengan tingkat kematian akibat Covid-19 secara global sebesar 6,8%.

Penanganan dan penanggulangan penyakit Covid-19 ini sudah seperti perang. Oleh karenanya dalam perang melawan musuh yang tidak kasat mata ini semua pihak harus bekerja sama. Pemerintah Pusat & Daerah harus bersinergi, saling mendukung dan saling menguatkan. Hal itu ditegaskan oleh Pemerintah RI melalui pernyataan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian pada tanggal 10 April 2020: "Kita harus bekerja sama antara pusat dan daerah. Ini harus sinergi karena ini adalah perang. Perang kita menghadapi Covid-19".

Sebelumnya pada tanggal 26 Maret 2020 saat berbicara di forum KTT Luar Biasa G20 secara virtual dari Istana Bogor, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengajak para pemimpin negara G20 untuk bersama-sama memenangkan dua "peperangan" yaitu, melawan virus corona (Covid-19) dan melawan pelemahan ekonomi dunia. 

Setelah hampir 2,5 bulan Pemerintah RI dan seluruh elemen masyarakat termasuk para Relawan berjuang untuk memenangkan peperangan melawan Covid-19. Ternyata perang lawan Covid-19 itu semakin menyebar dan meluas cakupan wilayahnya serta bertambah terus jumlah kasusnya. Trend kasus Covid-19 di Indonesia yang terus menanjak dan belum stabil bahkan belum menurun ini mulai berdampak pada sektor ekonomi terutama rakyat kecil.

Harga bahan dan barang kebutuhan pokok pun meningkat termasuk barang-barang kebutuhan medis. Di sisi lain daya beli masyarakat menurun akibat pengurangan hari kerja atau penutupan kantor dan tempat usaha saat diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah Provinsi. Belum lagi kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi di berbagai perusahaan yang terdampak pandemi Covid-19.

Ternyata genderang perang yang ditabuh oleh Presiden RI Jokowi untuk melawan Covid-19 hanya bertahan 2 bulan saja. Presiden Jokowi pun menyampaikan pernyataan terbaru terkait penanganan Covid-19 yang menginginkan agar masyarakat Indonesia tetap produktif dan aman di tengah pandemi Covid-19. Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Jokowi dan disiarkan oleh YouTube Sekretariat Presiden pada tanggal 15 Mei 2020. Dimana Presiden Jokowi juga menegaskan belum akan melonggarkan kebijakan PSBB.

Presiden Jokowi menyatakan: "Kita memang harus berkompromi dengan COVID, bisa hidup berdampingan dengan COVID. Yang kemarin saya bilang, kita harus berdamai dengan COVID. Karena informasi terakhir dari WHO, yang saya terima, bahwa meskipun kurvanya sudah agak melandai, atau nanti menjadi kurang, tapi virus ini tidak akan hilang. Artinya, sekali lagi, kita harus berdampingan hidup dengan COVID".

Presiden Jokowi pun menjelaskan: "Berdampingan itu justru kita tidak menyerah, tapi menyesuaikan diri. Kita lawan keberadaan virus COVID tersebut dengan mengedepankan dan mewajibkan protokol kesehatan yang ketat, yang harus kita laksanakan".

Mengapa harus berdamai dengan Covid-19?

Ada beberapa alasan yang akhirnya membuat Pemerintah RI melalui Presiden Jokowi mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk berdamai dengan Covid-19, antara lain:

1. Disiplin Physical Distancing

Perang lawan Covid-19 ini menghadapi musuh yang tidak terlihat secara kasat mata. Karena Covid-19 ini bisa dikatakan semacam "senjata biologis" yang penyebarannya dari orang ke orang dan berdampak kematian. Dengan tingkat kedisiplinan dan kepatuhan dari masyarakat Indonesia yang rendah terhadap kebijakan dan aturan PSBB yang diberlakukan oleh Pemerintah Daerah, maka Covid-19 akan terus menyebar dan meluas.

Penerapan physical distancing yang disarankan oleh WHO dengan menjaga jarak antar orang minimal 1-2 meter, menghindari perkumpulan dan pertemuan dengan jumlah orang banyak. Penerapan physical distancing ini sangat penting untuk menekan penyebaran Covid-19. Negara-negara yang telah berhasil mengatasi pandemi Covid-19 salah satu kunci suksesnya adalah dengan melaksanakan physical distancing secara ketat dan disiplin.

2. Penelitian Anti Virus

Ibarat perang yang sesungguhnya, hingga kini Pemerintahan di seluruh negara dan warga di Dunia ini belum ada yang dapat menemukan titik lemah dan cara mengalahkan Covid-19 ini. Hingga nanti saatnya vaksin anti virus ditemukan maka Covid-19 ini akan dapat dikalahkan. Presiden  Jokowi pada tanggal 07 Mei 2020 pun secara lugas mengatakan: "Selama belum ditemukan vaksin, Kita harus berdamai dengan Covid-19".

Menghadirkan temuan anti virus Covid-19 menjadi suatu hal yang harus dilakukan untuk menghambat dan menghentikan penyebaran Covid-19. Untuk itu, para ilmuwan di berbagai negara termasuk Indonesia kini tengah disibukkan dengan penelitian mereka terhadap anti virus Covid-19 dan berlomba-lomba untuk segera menemukan vaksin dan obat anti virus Covid-19.

Berbeda dari beberapa negara yang sudah mulai menemukan obat anti virus Covid-19, di Indonesia para ilmuwan justru masih melakukan penelitian tahap awal. Penelitian mereka belum memasuki tahap uji klinis. Bukan karena masih berada di tahap paling awal, namun ada beberapa kendala dari luar yang dialami oleh para ilmuwan tersebut. Salah satu kendala yang dihadapi adalah belum turun atau cairnya Dana Penelitian dari Pemerintah.

3. Penyediaan Logistik

Ada istilah dalam dunia militer: "Logistik Tidak Dapat Memenangkan Pertempuran, Tetapi Tanpa Logistik Pertempuran Tidak Dapat Dimenangkan". Dalam perang melawan Covid-19 ini tentunya Pemerintah Pusat dan Daerah harus memiliki Logistik yang cukup, secara khusus tersedianya kebutuhan dasar/pokok bagi masyarakat yang terdampak Covid-19. Selain juga Logistik untuk kebutuhan medis seperti: obat-obatan, alat rapid test, alat swab test, masker, alat pelindung diri (APD) dan lainnya. 

Untuk penyediaan kebutuhan Logistik tersebut dibutuhkan Dana yang sangat besar, apalagi untuk pemenuhan hingga akhir tahun 2020. Pemerintah Pusat dan Daerah harus bisa bersinergi dan bersepakat untuk memangkas anggaran belanja yang ada dan atau merelokasi anggaran proyek yang tidak penting untuk kebutuhan biaya Logistik selama perang melawan Covid-19.

Secara keseluruhan, anggaran penanggulangan pandemi Covid-19 dan sektor terdampak yang dialokasikan Pemerintah RI sudah termasuk besar nilainya. Dengan PDB nasional yang berkisar Rp. 15.000 triliun, Indonesia berani menganggarkan sekitar Rp. 405 triliun. Secara khusus untuk sektor kesehatan yang berhubungan langsung dengan penanggulangan Covid-19, Indonesia setidaknya menganggarkan sekitar Rp. 92 triliun.

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani melalui video conference tanggal 01 April 2020 menjelaskan bahwa biaya yang digunakan dalam jaring pengaman sosial atau social safety net (SSN) dan membantu dunia usaha, berasal dari penghematan belanja negara sekitar Rp. 190 triliun, yang bersumber dari Kementerian/Lembaga (K/L) Rp. 95,7 triliun dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar Rp.94,2 triliun. Ditambah lagi dengan realokasi cadangan sebesar Rp.54,6 triliun.

Ajakan dari Presiden Jokowi untuk seluruh Rakyat Indonesia agar bisa berdamai dan hidup berdampingan dengan Covid-19 hendaknya dapat Kita terima secara positif dan dengan akal sehat. Oleh karena faktanya untuk bisa memenangkan peperangan melawan Covid-19, Pemerintah dan seluruh Rakyat Indonesia harus bisa memenuhi dan melaksanakan ketiga faktor tersebut di atas.

Kita semua tidak tahu kapan pandemi Covid-19 akan berakhir, namun Kita bisa mencegah dan menghambat penyebarannya di bumi Indonesia ini.  Dengan Kita tetap disiplin dalam menjalankan aturan social distancing dan physical distancing, maka Kita bisa ikut berperan aktif membantu Pemerintah dalam melawan Covid-19 beserta dampak turunannya.

Oleh: H. Alvy Pongoh, SE, MM (Dosen Institut STIAMI Bekasi & Politeknik Penerbangan Indonesia Curug).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun