Bukti pertama, keberadaan permukiman Islam di Baros, pantai barat Sumatera mendekati keberadaan Kesultanan Banten, yaitu di Lampung, Sumatera sampai wilayah barat pulau Jawa. Bukti kedua, makam wanita di Gresik, Jawa Timur atas nama Fatimah binti Maimun, serta makam-makam Islam di Tralaya, Trowulan, Jawa Timur paling mendekati letak Kesultanan Tidore, yaitu di Kepulauan Maluku.
Sudah lebih tau awal mula masuknya kebudayaan Islam ke Indonesia, kan? Jika sudah, mari kita pelajari lebih dalam mengenai Kesultanan Banten dan Kesultanan Tidore.
Kesultanan Banten
Lokasi
Kesultanan Banten terletak dari wilayah barat Pulau Jawa hingga ke Lampung di Sumatera. Awalnya, pada 1522, pasukan Demak yang dibantu dengan pasukan Cirebon berjalan menuju Banten.Â
Selanjutnya, pada 1526, Banten berhasil direbut termasuk Pelabuhan Sunda Kelapa. Hal tersebut membuat Kesultanan Banten yang semula berkedudukan di Banten Girang dipindahkan ke benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan.Â
Pada 1552, Banten menjadi kerajaan bawahan dari Demak. Sejak itu, Banten memperluas wilayahnya ke daerah penghasil lada di di Lampung. Seiring kemunduran Demak, Banten melepaskan diri dan menjadi kesultanan yang independen.Â
Kota Surosowan didirikan menjadi ibu kota atas perintah Syarif Hidayatullah dan Maulana Hasanuddin menjadi sultan pertama. Maulana Yusuf, putra dari Maulana Hasanuddin, naik tahta pada tahun 1570. Ia melanjutkan ekspansi wilayah Banten ke kawasan pedalaman Sunda.
Profil Singkat Raja
Sultan pertama Banten adalah Sultan Maulana Hasanuddin. Sultan Maulana Hasanuddin berperan penting dalam menyebarkan agama Islam di Banten. Ia memerintah sejak 1552- 1570.Â
Sultan Maulana Hasanuddin memiliki putra bernama Maulana Yusuf yang melanjutkan ekspansi Banten ke pedalaman Sunda. Sultan yang paling berjaya adalah Sultan Ageng Tirtayasa. Beliau memerintah sejak 1651-1682.Â
Di bawah pemerintahannya, Kesultanan Banten memiliki hubungan kerja sama yang baik dengan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Sultan Ageng Tirtayasa berhasil memperluas kekuasaannya sampai ke daerah Priangan, Cirebon, dan daerah-daerah sekitar Batavia.Â
Sultan Ageng Tirtayasa melakukan perubahan dalam bidang arsitektur dengan mengganti bahan kayu atau bambu menjadi pembuatan berbasis beton. Kekuatan militer Banten saat di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa sangat kuat sehingga disegani Belanda.Â