Sultan Ageng Tirtayasa memiliki seorang putra bernama Sultan Haji. Kesultanan Banten mulai runtuh karena Sultan Haji yang berhubungan dengan VOC dan hal tersebut tidak disetujui oleh Sultan Ageng Tirtayasa.Â
VOC memanfaatkan konflik ini dengan mendukung Sultan Haji dan memaksa Sultan Ageng untuk menyingkir dari istana. Sultan terakhir dari Kesultanan Banten adalah Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin. Beliau dilucuti dan dipaksa turun tahta oleh Thomas Stamford Raffles yang mengakhiri riwayat Kesultanan Banten.
Ciri Khas
Berdasarkan berbagai sumber pustaka Nusantara, Carita Parahyangan, Tambo Tulangbawang, dan Primbon Bayah, Banten digambarkan sebagai kota pelabuhan yang ramai, terbuka, dan makmur. Banten telah berinteraksi dengan dunia luar sejak awal abad pertama Masehi. Diperkirakan pada abad VII, Banten sudah menjadi pelabuhan internasional.Â
Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten telah memonopoli lada di Lampung dan menempatkan Banten sebagai pedagang perantara. Untuk mendukung produksi lada, Sultan Ageng Tirtayasa memprakarsai sistem irigasi yang canggih. Faktor-faktor tersebut membuat lada menjadi komoditas dagang utama dari Kesultanan Banten.
Selain kekuatan Banten di bidang perdagangan dengan memonopoli lada, Banten juga memiliki kekuatan di bidang militer. Pasukan militer Banten bahkan disegani Belanda saat masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Armada lautnya pun tidak kalah kuat dibandingkan pasukannya. Banyak literatur yang mengatakan bahwa beberapa orang dari Eropa didatangkan untuk perahu-perahu       Â
Meskipun perdagangannya yang maju, sistem irigasi yang canggih, militer serta armada laut yang kuat, Kesultanan Banten memiliki kelemahan juga. Salah satunya adalah dari Sultan Haji yang mudah terpengaruhi oleh pihak VOC yang membuat Banten terpengaruh besar dengan VOC.
Masa Keemasan
Masa keemasan dimulai saat masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Pada masa pemerintahannya Banten memonopoli perdagangan lada yang berasal dari Lampung. Armada laut dan pasukan militer Banten pada saat itu pun juga kuat.Â
Armada lautnya bahkan disegani Belanda sehingga Belanda tidak ingin berlama-lama berurusan dengan armada laut Banten. Pada masa ini, Banten berusaha keluar dari tekanan VOC yang sebelumnya memblokade kapal dagang yang menuju Banten.
Masa Keruntuhan
Masa keruntuhan dimulai saat masa pemerintahan Sultan Haji, putra dari Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Haji cenderung membangun hubungan baik dengan VOC. Hal ini berbanding terbalik dengan ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa.Â