Mohon tunggu...
Hosea Richard
Hosea Richard Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Semoga melalui artikel yang saya tulis, dapat menjadi pencerahan dan menambah wawasan teman-teman. Selamat membaca.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar Kritis dari Budaya Konsumerisme

29 Maret 2021   00:07 Diperbarui: 29 Maret 2021   00:10 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: tarugan.net via id.pinterest.com

Misalnya budaya pada makanan dan minuman, kita menemukan kebiasaan masyarakat untuk mengonsumsi makanan cepat saji dan juga minuman bersoda. Kebudayaan tersebut sudah mendominasi bahkan rasanya kita pernah menjadi bagian di dalamnya.

Peningkatan kegiatan konsumsi yang telah menjadi budaya dianggap sebagai hal yang wajar di masyarakat. Seolah-olah kita menerima kebiasaan ini secara sadar maupun tidak sadar.

Akan tetapi, tidak sedikit pula masyarakat yang anti terhadap budaya konsumerisme. Rasa ketidaksetujuan yang ada kemudian diutarakan dalam bentuk sindiran secara verbal maupun nonverbal dan ditujukan pada publik atau yang biasa disebut sebagai culture jamming.

Culture Jamming Sebagai Kritik

Gerakan culture jamming bisa dikatakan sebagai gerakan sekelompok orang yang tidak sejalan dengan budaya dominan. Dalam arti lain, aksi ini berusaha untuk menghalangi budaya konsumtivisme sebagai akibat dari adanya kapitalisme dan juga globalisasi.

Kelompok anti konsumerisme merasakan adanya kejanggalan atau keanehan dibalik budaya yang diciptakan oleh sebuah industri korporat. Dengan begitu, mereka mencoba membuat ulang kembali pesan-pesan yang sebelumnya diciptakan oleh kelompok dominan dengan bumbu sindiran.

Source: blowatlife.blogspot.com
Source: blowatlife.blogspot.com
Setelah melihat gambar di atas, apakah anda menangkap sesuatu? Apakah anda memahami pesan yang terkandung di dalamnya?

Melalui gambar tersebut, kita bisa membuat kesimpulan bahwa terdapat sindiran yang ditujukan pada industri minuman bersoda. Mereka menggunakan logo minuman tersebut, kemudian membentuk sosok manusia bertubuh gendut.

Di sisi lain, terdapat pula kalimat dari pembuat gambar tersebut yang menjelaskan bahwa setiap kali dia melihat logo minuman tersebut, dia selalu melihat orang yang mengalami obesitas.

Tentu melalui gambar yang dipublikasikan akan mengarah pada persepsi masyarakat, bahwa kebiasaan mengonsumsi minuman bersoda sangatlah buruk dan bisa menyebabkan penyakit seperti obesitas.

Gerakan seperti ini menjadi tanda kalau apa yang disebarluaskan pada masyarakat belum tentu memiliki kepentingan publik. Bisa jadi budaya konsumerisme yang terbentuk saat ini, bahkan dengan bantuan media merupakan hasil dari keinginan pihak tertentu.

Setidaknya penjelasan di atas membuat kita semakin memahami latar belakang dari munculnya pesan sindiran seseorang terhadap kultur konsumtivisme, termasuk di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun