Misalnya budaya pada makanan dan minuman, kita menemukan kebiasaan masyarakat untuk mengonsumsi makanan cepat saji dan juga minuman bersoda. Kebudayaan tersebut sudah mendominasi bahkan rasanya kita pernah menjadi bagian di dalamnya.
Peningkatan kegiatan konsumsi yang telah menjadi budaya dianggap sebagai hal yang wajar di masyarakat. Seolah-olah kita menerima kebiasaan ini secara sadar maupun tidak sadar.
Akan tetapi, tidak sedikit pula masyarakat yang anti terhadap budaya konsumerisme. Rasa ketidaksetujuan yang ada kemudian diutarakan dalam bentuk sindiran secara verbal maupun nonverbal dan ditujukan pada publik atau yang biasa disebut sebagai culture jamming.
Culture Jamming Sebagai Kritik
Gerakan culture jamming bisa dikatakan sebagai gerakan sekelompok orang yang tidak sejalan dengan budaya dominan. Dalam arti lain, aksi ini berusaha untuk menghalangi budaya konsumtivisme sebagai akibat dari adanya kapitalisme dan juga globalisasi.
Kelompok anti konsumerisme merasakan adanya kejanggalan atau keanehan dibalik budaya yang diciptakan oleh sebuah industri korporat. Dengan begitu, mereka mencoba membuat ulang kembali pesan-pesan yang sebelumnya diciptakan oleh kelompok dominan dengan bumbu sindiran.
Melalui gambar tersebut, kita bisa membuat kesimpulan bahwa terdapat sindiran yang ditujukan pada industri minuman bersoda. Mereka menggunakan logo minuman tersebut, kemudian membentuk sosok manusia bertubuh gendut.
Di sisi lain, terdapat pula kalimat dari pembuat gambar tersebut yang menjelaskan bahwa setiap kali dia melihat logo minuman tersebut, dia selalu melihat orang yang mengalami obesitas.
Tentu melalui gambar yang dipublikasikan akan mengarah pada persepsi masyarakat, bahwa kebiasaan mengonsumsi minuman bersoda sangatlah buruk dan bisa menyebabkan penyakit seperti obesitas.
Gerakan seperti ini menjadi tanda kalau apa yang disebarluaskan pada masyarakat belum tentu memiliki kepentingan publik. Bisa jadi budaya konsumerisme yang terbentuk saat ini, bahkan dengan bantuan media merupakan hasil dari keinginan pihak tertentu.
Setidaknya penjelasan di atas membuat kita semakin memahami latar belakang dari munculnya pesan sindiran seseorang terhadap kultur konsumtivisme, termasuk di media sosial.