Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Belum Lima Menit!

19 Februari 2023   22:12 Diperbarui: 20 Februari 2023   00:48 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi remahan cokelat, sumber: pixabay via cantik.tempo.co

"Terpesona, aku terpesona, memandang memandang wajahmu yang manis. Terpesona aku terpesona, menatap menatap wajahmu yang manis. Bagaikan mutiara, bola matamu, bola bola matamu. Bagaikan kain sutra, lesungnya lesungnya pipimu..."

Terdengar suara kaki berderap-derap. Bentangan barisan hitam berjejer rapi di sela-sela kaki meja. Pemimpin barisan paling depan berhenti, menghadapkan kepalanya ke belakang.

"Kanan, kiri, kanan, kiri, kanan, kiri, yang rapi jalannya!"

Ia terus menatap barisan di belakangnya. Mula-mula yang tepat di belakangnya, nomor dua kemudian, agak ke tengah, sampai paling ujung. Matanya sigap mengukur panjang barisan, berharap tak ada yang melenceng pun tak ada yang hilang.

Sebagai kepala pekerja yang baru ditunjuk kemarin, ia merasa bersalah jika tak menggunakan kewenangannya secara baik. Tidaklah mudah ditunjuk untuk berjalan paling depan. Pengalaman dan pelatihan yang sudah terbukti adalah dasar pemilihan yang utama.

"Mari bentuk lingkar. Cepat-cepat! Jangan lambat-lambat!" serunya dengan kencang. Kedua sungut di kepalanya bergerak-gerak. Samar-samar ia sempat melihat ada sesuatu tergeletak jauh darinya. Anggota barisan secepat kilat melaksanakan perintah.

"Kita hanya punya waktu paling lama lima menit. Kalian lihat itu jam dinding," mata kepala pekerja beralih tepat ke atas lemari kayu. Rombongan barisan pun serempak melakukan hal sama. "Kalau jarum panjangnya sudah bergeser dari angka satu ke dua, pertanda waktu sudah habis. Kita harus cepat kerjanya."

Seorang pekerja menggerak-gerakkan kedua sungut, pertanda ingin tahu sesuatu.

"Kenapa harus lima menit, komandan?"

Kepala pekerja berdeham-deham.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun