Tanpa menjawab, malaikat lain hanya menunjuk, memberi isyarat untuk memandang sesuatu. Tangan malaikat itu masuk ke keranjang lantas mengangkat arwah sepasang bola mata.
Tampaklah lingkar bagian tengah kedua mata baik kanan maupun kiri bergerak liar. Sebentar menatap lurus, lantas tengok kanan, tengok kiri, lihat ke atas, ke bagian bawah, agaknya jelalatan.
"Ha...ha...ha...," terdengar suara, "Saya tahu ini. Pasti pemiliknya hidung belang. Mata keranjang memang suka begini. Suka lirik sana sini."
"Mari kita berikan sesuai apa yang pantas ia dapatkan," terdengar suara lain.
"Kalau yang itu bagaimana?"
Ada sepasang mata yang bagian tengahnya tak mau memandang lurus. Irisnya tampak bergeser ke kanan, menatap terus sisi kanan.
"Pasti dalam hidupnya, orang ini suka bohong. Lihat saja, begitu kita lihat, matanya mengalihkan pandang. Matanya menghindar dari kontak mata. Mereka suka buat pembenaran atas perbuatannya yang salah. Sayangnya, mata tak bisa bohong. Ya, seperti ini."
Sekilas tampak dalam bayangan di hadapan kedua malaikat, seorang pemuda sedang memperkosa gadis remaja di bawah umur. Pandangan matanya menjalar ke bagian-bagian indah tubuh sang gadis. Tangannya meraba satu demi satu bagian. Nafsu memuncak. Keperawanan hilang.
Terlihat lagi selanjutnya, seorang koruptor sedang duduk di tengah sidang. Pembelaan demi pembelaan palsu ia sampaikan lewat perkataan bohongnya. Matanya sama sekali tak menatap hakim yang mencecarnya dengan berjuta pertanyaan.
Masih ada lagi arwah sepasang mata lain, tapi agaknya lantaran sesosok malaikat sudah tahu bahwa mata itu tipe-tipe mata duitan dan ia sudah capek dengan banyaknya kejahatan, ia urung mengambil mata itu.
"Apa tak ada mata orang baik di dunia?" tanyanya dengan suara berat.