Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Semalam di Rumah Kakek

5 September 2021   01:03 Diperbarui: 7 September 2021   21:45 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang kakek. Sumber: pxhere.com

"Kalau jadi, biar bapak belikan tiketmu!"

Saya bimbang. Ikut tidak ya, ikut tidak ya. Tetapi, ini ke kuburan. Melihat tanah-tanah makam. Mencium aroma bunga Melati bertebaran. Menyaksikan batu-batu nisan dengan tulisan orang mati.

Ilustrasi seorang kakek, sumber: Ben Hershey via tribunnewswiki.com
Ilustrasi seorang kakek, sumber: Ben Hershey via tribunnewswiki.com

Saya bingung. Apakah saya harus mencoba memberanikan diri barang kali ini saja? Bukankah nanti tangan itu tiba-tiba keluar dari makam? Bagaimana kalau saya bertemu dengan mayat yang berjalan-jalan? Saya pasti tidak bisa tidur.

Sialnya, ini kakek yang meninggal. Ia mendadak terkapar karena sakit jantungnya kumat. 

Kakek, orang yang ikut mengasuh saya sedari kecil. Sosok yang selalu memberi uang jajan tambahan waktu ke sekolah. Mau tidak mau, sepertinya saya harus datang. Dikira cucu durhaka nanti. 

"Di, ikut tidak?" ibu bertanya lagi. Kali ini suaranya sedikit keras.

Saya mengangguk. Tentu, dengan sedikit terpaksa. Ada ragu dalam batin saya, bagaimana nanti malam selepas pemakaman? Semoga saja cerita kakek hanya bualan.

Setelah saya mengiyakan, bapak langsung mengambil ponsel, berbicara dengan seseorang, seperti memesan tiket. Ya, rumah kakek memang jauh, beda pulau dengan rumah kami, tetapi bila menggunakan pesawat, hanya satu jam perjalanan. 

Sampai di bandara, kami masih harus menggunakan mobil sewaan selama tiga jam. Rumah kakek terlalu pelosok. Saya baru pertama kali ke sana. Kakek sudah berkali-kali ke rumah kami di kota.

Pada hari yang sama, waktu matahari masih segar bugar melintasi langit, awan-awan pun seakan enggan hadir barang segumpal, kami sudah sampai di bandara.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun