Pohon Beringin itu melambaikan daunnya. Matamu sedikit sayu, seperti begitu menikmati embusan angin darinya. Kau berusaha memandang benar-benar ke sekitar, mencari-cari orang yang sepertinya sedang kau tunggu, di tengah usahamu melawan kantuk siang ini. Tetapi, kau akhirnya kalah dan tertidur. Sendirian di bangku taman itu.
Sudah dua jam kau tertidur. Aku mulai tidak tahan. Aku mulai tidak tega. Pada awalnya aku ingin langsung memelukmu ketika kau duduk di sana. Aku ingin menyambutmu dalam perteduhanku. Tetapi, aku tidak ingin kau semudah itu menemuiku.
Aku ingin kau belajar, bagaimana rasanya ditinggal oleh seseorang yang menghilang tanpa kabar. Bagaimana rasanya menunggu dengan setia, seseorang yang ternyata memilih orang lain sebagai pasangan hidupnya.
Bagaimana setia itu tidak ternilai harganya. Ada perasaan yang telah dikorbankan. Ada keteguhan hati dalam memilih seseorang. Ada ketekunan dalam menanti dan berharap. Ada waktu-waktu yang dilalui dan telah begitu lama.
Aku keluar dari sembunyi di balik pohon Beringin. Aku melangkah pelan agar kau tidak bangun dari tidurmu. Aku berharap tidak ada suara dalam langkahku yang bisa kau dengar.
Aku duduk di sampingmu. Aku mengelus rambutmu. Aku membelai pundakmu. Perlahan sekali, seperti waktu aku berupaya menenangkan hatimu dari masalah-masalah yang terus berdatangan dan mengganggumu.Â
Aku tahu, kau sangat menikmati itu. Sentuhan tanganku yang kau bilang paling nyaman dari sentuhan siapa pun, bahkan kedua orangtuamu, sanggup meredakan keteganganmu. Sanggup menyamankan batinmu yang sakit. Sanggup membantu melupakan kekecewaan dalam dirimu. Sanggup mengajarimu untuk perlahan menerima kenyataan.
Aku mengambil buku di tanganmu. Aku sedikit menyendengkan dirimu ke samping bahuku. Aku pun bersenandung kecil, lagu-lagu penenang yang kau selalu minta sebagai pengantar tidurmu.Â
Semoga nanti, ketika kau bangun, bola matamu tidak seperti dulu. Nanar, kosong, sebagian memutih, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Aku berharap, orang yang kau pilih dahulu, setidaknya sudah membahagiakanmu.
Tiba-tiba kau terbangun.Â
"Denish?"Â