Data terakhir yang dipublikasi Pemprov DKI Jakarta Jumat (2/6/2021) lalu, tempat tidur isolasi ditingkatkan menjadi 11.134 dan sudah terisi sebanyak 10.220 atau 92 persen dari jumlah kapasitas.Â
Sedangkan tempat tidur ICU yang disediakan sebanyak 1.344, telah terisi 1.268 pasien atau 94 persen dari kapasitas tempat tidur. Meski kapasitas bertambah, tingkat keterisian tak kunjung menurun karena kasus aktif Covid-19 terus melonjak.
Keadaan tenaga kesehatan
Di antara tingginya tingkat keterisian rumah sakit, ada tenaga kesehatan berjuang keras di sana. Mulai dokter, perawat, petugas farmasi, psikolog klinis, dan lainnya. Sebagian besar mengenakan Alat Pelindung Diri (APD).
Sudah cukup kesaksian kita dengar, bahwa memakai APD tidak enak. Ribet dan tidak bisa sembarang dilepas. Ini membuat tenaga kesehatan tidak bisa bebas pula sekadar memenuhi "kebutuhan alami" di toilet.
Mereka sama seperti kita, masyarakat awam yang punya keluarga. Ada suami, istri, dan anak di rumah. Jika pasien yang berdatangan terus melonjak, bayangkanlah, adakah banyak waktu mereka untuk bertemu keluarga?
Jumlah mereka sangat terbatas. Tenaga, semangat, pikiran, pun ada batasnya. Tidak sedikit telah gugur sebagai pahlawan. Seberapa dalam simpati dan empati kita tersentuh mengetahuinya?
Tenaga kesehatan adalah benteng terakhir
Dahulu, timbul narasi bahwa posisi garda terdepan penanganan Covid-19 ada pada tenaga kesehatan. Sekarang, itu tidak berlaku. Tenaga kesehatan telah menjadi benteng terakhir, yang tidak boleh jebol pertahanannya.
Masyarakatlah garda terdepan penanggulangan Covid-19. Dari sisi pencegahan, masyarakat berperan besar mengurangi penyebaran virus.
Butuh kerja sama apik dan intensif antara masyarakat dengan tenaga kesehatan. Keduanya saling membutuhkan. Keduanya jika bersinergi dan satu arah, bukan tidak mustahil Covid-19 dapat teratasi.