Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Diskursus atas Cerpen Menghibur

11 April 2021   12:03 Diperbarui: 11 April 2021   12:49 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: cgtrainingnetwork.com

Seorang Kompasianer pernah meminta saya untuk membahas ini dalam sebuah artikel. Jujur, sejauh saya menulis dan membahas cerpen, ini salah satu materi terberat yang saya ulas.

Berdasarkan KBBI, menghibur berarti menyenangkan dan menyejukkan hati yang susah; melipur. Hal ini mengindikasikan, setelah membaca cerpen menghibur, kita beranjak dari perasaan duka ke suka. Biar lebih jelas, betul-betul menghibur dengan bukti kita tertawa terbahak-bahak.

Pada kenyataan, dari sekian banyak cerpen para pengarang besar yang pernah saya pelajari, betapa sulit menemukan cerpen menghibur. Rata-rata mereka menceritakan kepahitan dan kegetiran hidup, kerumitan cinta para insan, problematik antarkeluarga, keluhan-keluhan yang tidak bisa terucapkan, dan seterusnya, yang semua membuat kita belajar dan semakin bijaksana menyikapi masalah. Bukan tertawa.

Di samping relativitas tolok ukur menghibur yang berbeda-beda antarorang -- bisa jadi satu tertawa satu tidak, ada beberapa hal yang saya kira menjadi penyebab cerpenis sulit menulis cerpen menghibur.

Cerpen melekat dengan pesan moral

Ada cerpen, harus ada pesan moral. Jangan sampai sia-sia pembaca meluangkan waktu membaca. Pesan ini mengarahkan dan mencerahkan pembaca ke jalan yang benar, membentuk moral yang baik, sekaligus memberikan alternatif solusi semisal masalah dalam kehidupan nyata sama dengan kisah cerpen.

Dan takada pesan moral yang bercanda. Rata-rata serius, karena hasil pemikiran bijaksana dari cerpenis. Selain itu, racikan dari pengalaman hidupnya.

Pikiran sudah dewasa

Pernahkah kita sadar, anak kecil betapa mudah tertawa dan bercanda, tanpa ada rasa sakit hati? Mereka saling mengejek nama, menggunakan nama orangtua sebagai bahan kelakar, dan terkadang menjahili, tetap mereka tertawa.

Sementara orang dewasa? Hahaha... Tidak saatnya lagi tertawa. Orang dewasa sudah berpikir baik buruk, benar salah, dan mempertimbangkan itu semua agar sebisa mungkin tidak melukai hati sesama.

Mencegah pembaca meniru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun