Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Dasi

27 November 2020   18:48 Diperbarui: 27 November 2020   19:02 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Baik Pak" Tanggap si sulung atas nasihat Bapaknya.

"Pak, bagus sekali dasinya. Aku suka warnanya, meneduhkan. Terima kasih ya, Pak" Pesan susulan anak kedua tertulis. Tersimpulkan setelah dia melihat isi kotak kiriman Bapaknya. Sebuah dasi bergambar air laut jernih berwarna biru muda. Terasa menenangkan baginya.

"Sama-sama, Nak. Bapak tahu, kamu pendiam. Tidak banyak bicara. Dasi biru itu bapak kirimkan supaya kamu ingat. Bila saudara-saudaramu berkelahi, jadilah penenang di antara mereka. Kericuhan kau hilangkan, amarah kau redamkan. Bapak tidak ingin ada permusuhan di antara kalian"

"Baik Pak" Anak kedua mengiyakan.

"Bapak tahu aja kesukaanku. Terima kasih ya, Pak" Anak ketiga memperpanjang percakapan malam itu. Beribu-ribu perasaan sukacita memenuhi lubuk hatinya. Setelah melihat dasi berwarna putih bersih bergambar gereja di bagian tengahnya.

"Bapak tahu panggilanmu, Nak. Jadilah pelayan Tuhan yang setia, hadirkan kasih-Nya di antara kaum papa. Pakailah dasi ini setiap kamu bertugas melayani di gereja"

"Baik Pak, kudoakan bapak selalu sehat dan tetap mendoakan kami ya Pak" Kehangatan cinta sangat terasa di balasannya.

Ketiga dasi itu bukan dasi baru, melainkan dasi bekas yang dipakai sepanjang hidup lelaki tua itu, hingga memiliki empat anak. Semua mengandung sejarah, yang lebih berharga dari uang kepunyaannya.

***

"Sial, busuk kali dasi ini" Si bungsu menatap nanar dasi pemberian bapaknya. Dia tidak meneruskan percakapan malam itu, melainkan tenggelam dalam gerutu terhadap Bapaknya. Dia iri dengan dasi-dasi kakaknya.

Bagaimana tidak. Dia memperoleh sebuah dasi polos berwarna hitam penuh noda di pinggirnya. Tampak lusuh, bahkan lebih cocok dibuang ke tempat sampah. Pikirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun