Ibu terkesiap. Matanya kosong. Perlahan berlinang air. Bibirnya bergetar. Aku, berusaha tegar di belakang ibu. Menjaga, takut ibu jatuh pingsan. Kupeluk ibu dan kuarahkan duduk di kursi tunggu.
***
Ayah memang tidak pernah ke dokter. Dia selalu bilang baik-baik saja. Katanya, uang ke dokter lebih baik dikumpul untuk masa depan aku dan ibu. Sebegitu sayangnya beliau dengan kami, hingga tak merawat dirinya. Ternyata, sakit kanker stadium empat telah merenggut nyawanya.
Burung kutilang tak pernah berkicau lagi setiap pagi. Kursi goyang pun kini tak bergoyang lagi.
...
Jakarta
30 Oktober 2020
Sang Babu Rakyat