Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Kursi Goyang yang Tak Lagi Bergoyang

30 Oktober 2020   10:32 Diperbarui: 30 Oktober 2020   10:54 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ke pasar, Bu"

"Ngapain ke pasar? Ibu udah belanja" Jawab ibu mempertegas maksud Ayah.

"Udahlah, ikut aja" Akhirnya, mau tidak mau ibu menemani ayah ke pasar. Ibu tidak tega meninggalkan ayah pergi sendirian. Sudah mulai pikun soalnya.

***

"Budi, buka pintunya" Seru ibu dari luar. Segera kuhampiri dan kubuka pintu gerbang. Perlahan mobil masuk dan kulihat ada yang baru di bak belakang mobil.

"Beli apa nih?" Tanyaku basa-basi. Padahal aku sebetulnya tahu, bentuk barang yang terbungkus koran itu.

"Ayah beli kursi goyang ternyata" Ibu menjawab. 

"Bud, bantuin ayah turunin kursi!" Perintah ayah sembari tangannya merobek kertas pembungkus. Wajahnya girang sekali menatap kursi itu. Seperti saat jatuh cinta pertama kali.

Iya, sejak saat itu, keluarga kami kedatangan anggota baru. Sebuah kursi goyang berbahan kayu jati, selalu menemani saat-saat tua ayah di rumah. Saat paling indah baginya adalah ketika beristirahat, duduk tertidur di ayunan kursi goyang, ditemani siulan burung kutilang kesayangan, setelah menyiram tanaman dan memberi makan ayam. Tak pernah absen beliau lap kursinya setiap hari. Selalu mengkilap.

***

Suatu esok pukul 6 pagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun