Mohon tunggu...
hony irawan
hony irawan Mohon Tunggu... Penggiat Advokasi dan Komunikasi Isu Sosial, Budaya dan Kesehatan Lingkungan

pelajar, pekerja,teman, anak, suami dan ayah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Poin dan Koin

24 Oktober 2021   12:22 Diperbarui: 24 Oktober 2021   12:39 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbagai kritik dan pujian tentu saja bersahut-sahutan. Bagi para pendukung melihat dari dampak positifnya. "Ini desentralisasi, jangan diliat uang kriptonya aja, itu baru generasi pertama, liat Blockchainnya yang bakal merubah sistem transaksi." Katanya.

"Ingat, jaman waktu barter, semua barang adalah mata uang, bahkan kalau gak dikhawatirkan onta akan punah, pernah di jaman sahabat Rasulullah emas dan perak akan diganti dengan kulit onta!" Tambahnya sambil tetap semangat, untuk mengatakan alat tukar boleh apa saja asal disepakati oleh tiap individu dalam komunitas yang mendukungnya.

Lalu disebutlah technologi Blockchain, big data, fintech, dan satu lagi lupa, akan jadi penggerak perubahan besar pada sistim perdagangan secara luas. "Mau luh jadi korban, kayak orang tv yang telat antisipisasi digitalisasi!" Tandasnya mangap, eh mantap.

Serulah pokoknya...

Beda lagi yang gak setuju. Terutama yang melihat adanya kemungkinan pencucian uang, dengan modus jual beli uang kripto dan/atau NFT dengan harga tak biasa.

Ada juga yang lihat dari aspek spekulatifnya, sehingga ada yang bilang, untuk alat tukar boleh saja, kayak beli voucher ojek atau voucer bazzar dan food court. Tapi kalau jadi investasi apalagi trading itu untung-untungan jadi haram.

Yang dari kalangan pemain tehnologi Blockchain sendiri juga tak kurang yang melihat mudaratnya.

Diantaranya Jackson Palmer salah seorang pendiri Dogecoin yang akhirnya nilainya melorot tajam setelah mengkritisi uang kripto yang disebutnya sebagai teknologi hiper-kapitalistik, yang dibangun untuk memperkuat kekayaan para pendukungnya lewat penghindaran pajak, minimnya aturan dan dengan bumbu-bumbu kelangkaan yang dipaksakan secara artificial. Kasarnya kelangkaan palsu lah maksudnya...

Pikir-pikir ada benarnya juga. Sejak Satoshi yang bikin Bitcoin menghilang konon katanya dengan membawa 1 juta BTC dari yang katanya lagi hanya 21 juta yang dibuat. Mosok iya dengan perkembangan pesat teknologi informasi kode-kode itu akan tetap tidak bisa dipecahkan sehingga tidak ada yang mungkin membuat uang kripto palsu atau memperbanyaknya!? Ini tentu orang IT, mungkin spesialisasi kriptografi digital yang bisa menjawab.

Apakah kemudian "pengamanan untuk menjaga  kelangkaan" itu dapat terbiayai dari kian naiknya nilai koin!? Kalau iya, apa bedanya dengan poin belanja online yang juga bisa jadi koin!? Kalau begitu jelas tidak desestralitik karena ada yang punya otoritas mengaturnya alias sentralistik.

*Ini baru ngomongin uang kriptonya ya... Belum Blockchainnya... bakal panjang dah urusan...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun