Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Strategi Licik China dan AS dalam Membodohi Indonesia

29 Oktober 2020   18:17 Diperbarui: 29 Oktober 2020   18:22 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketegangan antara China dan Amerika Serikat bukan hanya terjadi beberapa bulan terakhir saja, melainkan sudah beberapa tahun belakangan. Konflik di antara keduanya pun, bukan hanya soal perang dagang. 

Tapi jauh sebelum itu, ketegangan China dan Amerika Serikat sudah terjadi sejak konflik di Teluk Taiwan. Dilansir dari Fox News, hubungan antara China dan Taiwan ditandai oleh kontak yang terbatas, ketegangan, dan ketidakstabilan, karena fakta bahwa perang sipil hanya berhenti tanpa ada penandatanganan perjanjian damai secara formal.

Taiwan sendiri merupakan sebuah pulau di lepas pantai selatan China, yang sudah diperintah secara independen sejak tahun 1949. China mengklaim bahwa Taiwan masuk ke dalam wilayahnya, sedangkan Amerika memberikan dukungan kepada Taiwan untuk tetap berdaulat.

Dikutip dari laman Kontan, pada tahun 1979, AS menjalin hubungan diplomatik dengan China dengan membuat sebuah komunike yang menyatakan bahwa AS mengakui pemerintah Republik Rakyat Tiongkok sebagai "satu-satunya pemerintah yang sah di Tiongkok." 

Ini ditandatangani oleh Presiden Jimmy Carter saat itu yang juga memutuskan hubungan diplomatik dengan pemerintah di Taiwan. Namun berbulan-bulan setelahnya, Kongres AS mengeluarkan undang-undang yang menegaskan hubungan tidak resmi dan penting dengan Taiwan. 

Undang-undang ini memungkinkan penjualan senjata ke Taiwan untuk pertahanan diri dan tidak mengesampingkan kemungkinan AS membela Taiwan dari serangan China.

Dari sanalah awal mula ketegangan hubungan antara China dan Amerika Serikat, selain dilihat dari trade war. Dan ketegangan China bukan hanya kepada Amerika, melainkan juga kepada negara-negara di Asia, salah satunya ialah Indonesia soal Natuna yang berada dalam kisruh Laut China Selatan.

Jauh sebelum itu, ada sebuah serangan yang dilancarkan China terhadap Tibet pada tahun 1950. Perasaan antipati warga Tibet terhadap Tiongkok mencapai puncaknya pada Februari 1956, ketika Angkatan Udara China membom kompleks biara di Chatreng dan Litang yang menewaskan ribuan pendeta dan pengungsi sipil.

Laman Tempo pada Juli 2020 menyebutkan, India diminta mendukung Tibet untuk kembali menjadi negara yang merdeka. Hal itu ditengarai permusuhan antara China dan India yang memanas setelah perkelahian di Lembah Galwan, akhir Juli lalu.

Menurut Phuntsok (Juru Bicara Anggota Parlemen Tibet di India), menemukan solusi damai untuk masalah Tibet merupakan kunci bagi keamanan India. Selama masalah Tibet tidak diselesaikan, maka konflik di perbatasan Himalaya yang mematikan antara pasukan Cina dan India akan tetap kembali terjadi.

Konflik yang ditimbulkan oleh China bukan itu saja, masih ada beberapa lagi yang salah satunya yaitu Laut China Selatan. Kenapa China berani untuk "ribut" soal LCS? 

Hal itu ditengarai yang tak lain dan tak bukan, karena LCS merupakan jalur pelayaran yang sangat strategis dengan sepertiga kapal di dunia melewati LCS. Selain dikarenakan posisinya yang potensial, faktor sejarah juga perlu dipertimbangkan dalam urusan LCS.

Dalam buku yang Saya baca, berjudul "1943", disebutkan bahwa China memulai misi pelayaran pertama yang dipimpin oleh Cheng Ho. Misi itu merupakan misi besar China dalam catatan sejarah dunia, karena bertujuan untuk menjelajahi dunia. 

Bahkan, terdapat banyak bukti kersipan yang mengatakan bahwa, China sudah lebih dulu menjelajahi negara-negara di dunia sebelum masa kejayaan bangsa Eropa. 

Namun sayangnya, setelah berganti dinasti, banyak arsip penemuan yang justru dibakar oleh otoritas kerajaan China dan membuat negara itu menjadi negara tirai bambu pada zaman dulu.

Bangsa Arab, India, dan juga Nusantara (Indonesia) bahkan disebutkan dalam buku itu, bahwa sudah terjadi sebuah hubungan antara China, India, Arab, dan Indonesia dalam urusan perdagangan. Namun masa kejayaan China berakhir setelah pembakaran arsip, yang menunjukan dimulainya peradaban Eropa melalui VoC.

Dalam banyak kesempatan, Saya sudah memberikan artikel mengenai posisi Indonesia yang berada di lintas jalur sutera. Pulau Natuna merupakan salah satu asset yang harus dipertahankan oleh Indonesia, karena Natuna berada di dalam posisi strategis untuk urusan perdagangan.

VoC datang ke bumi Nusantara tentunya bukan tanpa sebab yang jelas. VoC mengeruk sumber daya alam Indonesia yang melimpah, tidak terlepas dari keberadaan jalur sutera.

Jalur sutera merupakan jalur perdagangan yang sangat strategis dan potensial, maka dari itu banyak negara produsen mengincar jalur sutera ini guna kepentingan ekonomi mereka. Sedangkan perang dagang yang terjadi antara China dan Amerika Serikat, merupakan sebuah babak baru dalam rencana menguasai jalur sutera.

Yang sangat disayangkan oleh Saya adalah, rakyat tidak dibekali informasi mengenai keberadaan jalur sutera yang dimiliki oleh Indonesia. Padahal, rakyat wajib tahu mengenai jalur sutera yang dimiliki oleh Indonesia, agar generasi penerus berkompeten dalam hal geo politik luar negeri dan juga kebijakan luar negeri Indonesia. 

Sungguh sangat memperihatinkan, ketika rakyat dipaksa untuk "bodoh" di tengah melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki oleh negara ini. Dan juga, rakyat sengaja dibuat "bodoh" agar tidak mengetahui posisi strategis Indonesia dalam urusan perdagangan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun